Paus Aleksander VI
Keluarga de Borja (sebagaimana nama keluarga ini dieja pada
mulanya) berasal dari Torre de Canals yang terletak di kaki pegunungan sebelah
selatan Valencia dalam kerajaan Aragon. Keluarga de Borja menjadi tuan tanah
ketika mereka mendapat hibah berupa lahan sebagai ganjaran atas pengabdian
mereka dalam melawan orang-orang Muslim Moor yang pernah menguasai Spanyol
sejak abad kedelapan. Sebenarnya, keluarga de Borja adalah kaum petualang dan
oportunis, dengan ambisi untuk menaikkan status sosial mereka yang masih
rendah. Anggota keluarga yang berhasil mewujudkan ambisi-ambisi ini adaalah
Alonso de Borja.
Lahir pada tahun 1378, Alonso adalah seorang pelajar yang
pintar, yang masuk universitas Lerida untuk belajar hukum saat usianya baru 14
tahun. Ketika ia masih remaja, ia telah menjadi lektor universitas dan kemudian
mengabdi kepada Raja Alfonso V dari Aragon sebagai diplomat dan penasihat.
Keberhasilan terbesar de Borja datang ketika ia membantu mengakhiri peristiwa
Skisma Besar di Barat dimana para paus lawan, yang sebagian besar berbasis di
Avignon (sekarang wilayah Prancis), bertikai atas klaim mereka terhadap tahta
kepausan dengan para paus di Roma. Alonso de Borja menggunakan gabungan
janji-janji, pesona dan ancaman untuk membuat si antipaus lawan, Klemens VIII,
menyerah dan mengakui Martinus V, Paus Roma, sebagai paus yang sebenarnya.
Sebagai ganjarannya, Paus Martinus yang sangat terkenal itu Alonso de Borja
menjadi Uskup Valencia, sebuah posisi yang bergengsi.
Pada tahun 1444, de Borja diangkat menjadi kardinal. Saat berusia
66 tahun, ia menjalani hidup yang penuh keteladanan yang ketat, sederhana dan
suci. Inilah perbandingan yang sangat kontras dengan banyak sesama kardinal
yang lebih menyukai hidup duniawi yang penuh kesenangan dan kemewahan bersama
kekasih-kekasih gelap dan anak-anak haram mereka. Pada tahun1455, ketika Paus
Nikolas wafat dan tiba saatnya untuk memilih seorang penerus, Kardinal de Borja
sudah berusia 77 tahun. Ia lumpuh akibat penyakit gout dan menghabiskan
sebagian besar waktunya terbaring di tempat tidur. Akibatnya, ketika para
Kardinal bertemu dalam sidang konklaf untuk memilih paus baru, de Borja tidak
dipandang sebagai kandidat. Tetapi dua dua calon paus yang berlomba dalam
pemilihan telah berkompromi, karena mereka adalah wakil dari keluarga Colonna
dan Orsini. Sebuah penangguhan telah dikeluarkan dan sidang konklaf terpaksa
mencari kandidat ketiga.
Satu-satunya alternatif yang memungkinkan adalah Kardinal de
Borja karena hanya ia yang memiliki reputasi yang tidak diragukan dan tidak
terikat pada kepentingan-kepentingan keluarga yang berkuasa. Ia pun sudah
sangat tua, sehingga kemungkinan tidak akan bertahan lama, dan sikapnya yang
lembut dan lunak akan membuatnya menjadi paus yang cukup dapat ditaklukkan.
Siap pun yang pernah berpikir demikian ternyata sangatlah
keliru. Memang benar bahwa Paus Kallistus III sebagaimana de Borja kemudian
dikenal, hanya bertahta selama tiga tahun. Tetapi selama tahun-tahun itu ia
telah mengikat Gereja Katolik erat-erat pada jeratan keluarga Borgia
dengan menyiapkan jalan bagi keponakannya, Rodrigo yang menyuap jalannya
menuju tahta Santo Petrus pada tahun 1492. Pria ini bukanlah orang yang akan
mengikuti jalan santo menuju tahta kepausan. Baginya, kepausan adalah sebuah
bisnis untuk diperas dan dieksploitasi demi penghasilan, dan lebih banya
penghasilan darinya. Dan sebagai Aleksander VI, Rodrigo masih memegang rekor
sebagai paus dengan reputasi terburuk sepanjang masa. Ia gemar dengan
pesta-pesta asusila dan mempunyai delapan anak dari tiga atau empat kekasih
gelapnya.
(Sumber: Sejarah Gelap Para Paus)
0 Response to "Paus Aleksander VI"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.