Paus Bonifasius VIII
Salah satu tindakan Paus Bonifasius VIII, sebelumnya bernama
Benedetto Caetani, adalah memenjarakan pendahulunya, Selestinus V yang lembut
dan kurang mendunia, di Kastil Fumone, Ferentino, Italia dimana ia wafat pada
usia 81, tahun 1296. Bonifasius tak lama kemudian terbukti menjadi seorang
otokrat yang mengeluarkan keputusan bahwa 'penyelamatan setiap mahluk manusia
itu adalah mutlak dan perlu dilakukan oleh paus Roma.'
Pendekatan ini menuai banyak musuh bagi Bonofasius di
kalangan para raja-raja Eropa yang berkuasa dan ambisius termasuk Raja Philip
IV dari Prancis yang murka ketika paus mengklaim pada tahun 1302 bahwa semua
monarki berada di bawah Gereja Katolik. Tanggapan Philip adalah menuduh paus
dengan tuduhan bidah dan menuntutnya agar undur diri. Raja Prancis
menindaklanjuti tanggapannya ini dengan menaklukkan istana paus di kota
kelahirannya di Agnani, dan memenjarakannya.
Bonifasius menghabiskan tiga hari dalam tahanan sementara
para penangkapnya berdebat apakah ia akan atau tidak akan diseret dengan rantai
ke kota terdekat, Lyons, untuk diadili. tuduhan-tuduhan yang dilontarkan
kepadanya merupakan tuduhan terburuk yang pernah diberikan dalam era yang
kental akan takhyul. Bonifasius dituduh telah melakukan sihir, berhubungan
dengan Iblis, menyimpan sebuah jimat yang berisikan arwah yang sesat dan
berbicara dengan arwah itu, mencabut keyakinannya akan Yesus Kristus,
menyatakan dosa daging itu bukan dosa dan melakukan 'tindak kejahatan' lainnya,
tuduhan manapun pasti akan membuatnya terbakar ditiang sula.
Pengadilan Jenazah Lainnya
Bonifasius selamat dari serangan itu hanya selama satu bulan
dan pada saat itu, ia mengurung diri di dalam Istana Lateran di Roma, menolak
membiarkan siapa pun untuk masuk dan merencanakan pembalasan dendamnya. Paus
Bonifasius meninggal di istana ini pada tanggal 11 Oktober 1303, mungkin karena
sebab-sebab alami, tetapi mungkin juga akibat di racun atau dicekik. Raja
Philip yang sangat dendam telah memerintahkan agar Bonifasius diadili
jenazahnya, menuduhnya sebagai pengikut bidah dan oleh karenanya bukan
merupakan seorang paus yang sah. Tetapi penerus Bonifasius, Klemens V, mungkin
sudah membaca tentang apa yang terjadi pada Formosus yang dihormati empat abad
sebelumnya, berhasil menghindari tambahan rasa malu dengan menyiasati
pengadilan yang berlangsung telalu lama sehingga tak sebuah keputusan pun
berhasil dibuat.
(Sumber: Sejarah Gelap Para Paus)
Walahhh... Kalo soal yang beginian mah silakan saja baca "The Criminal History of The Papacy" oleh Tony Bushby. Bagi saya buku ini sangat seru, mengasyikkan dan bikin geleng geleng kepala. Mungkin bagi yang lain, bikin nangis dan pucat.
BalasHapus