Kasih Yesus Yang Belum Teruji
Nabi Muhammad dan Yesus adalah dua nama utusan Tuhan yang
sampai saat ini banyak disebut-sebut karena ajaran yang dibawanya. Sebagian
orang-orang Kristen sangat gemar membanding-bandingkan Nabi Muhammad dan Yesus
dari segala segi kehidupan mereka, dengan harapan akan banyak umat Islam yang
akan berbodong-bondong masuk agama Kristen (murtad). Al-Qur’an ternyata telah
menyiapkan jawaban bagi umat Islam dalam menjawab usaha mereka (Kristen) dalam
melakukan pemurtadan. Jawaban Allah tersebut dapat kita baca dalam ayat-ayat
dibawah ini;
Katakanlah (hai
orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan
anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun
diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Al-Baqarah: 136)
Rasul telah beriman
kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat."
(Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali." (Al-Baqarah: 285)
Katakanlah: "Kami
beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa
yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami
menyerahkan diri." (Ali ‘Imran: 84)
Orang-orang yang
beriman kepada Allah dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di
antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa’: 152)
Yesus sering kali dipuji oleh umat Kristen sebagai sosok
yang memiliki sifat kasih, sampai-sampai mereka tidak sadar, bahwa sifat kasih
ini dimiliki juga oleh seluruh manusia, bahkan hewan pun memiliki sifat kasih.
Jika hewan saja mempunyai sifat kasih, apa yang dapat diistimewakan dari sifat kasih
Yesus? Tak ada! Namun demikian, tentu tidak mudah menyadarkan umat Kristen akan
kekeliruan mereka, yang telah lama ‘makan’ dogma gereja secara mentah-mentah.
Tentu sah-sah saja mengatakan Yesus penuh kasih, karena sebagai manusia biasa,
tentu Yesus memiliki sifat kasih. Namun sifat kasih yang diatributkan oleh umat
Kristen kepada Yesus sungguh-sungguh berlebihan, sehingga kita berkewajiban
untuk meluruskannya. Untuk itu, mari kita uji sifat kasih Yesus dengan cara
membandingkannya dengan sifat kasih Nabi Muhammad, upaya ini bukan saya
maksudkan agar dapat mendustakan kenabian Isa Al-Masih sebagaimana orang-orang
kafir Kristen kerap melakukan perbandngan-perbandingan dengan tujuan agar dapat
mendustakan kenabian Nabi Muhammad.
Kisah kasih Nabi
Muhammad dalam penaklukan kota Mekkah
Diawali dari perjanjian damai
antara kaum muslimin Madinah dengan orang musyrikin Quraisy yang ditandatangani
pada nota kesepakatan Shulh Hudaibiyah pada tahun 6 Hijriyah. Termasuk diantara
nota perjanjian adalah siapa saja diizinkan untuk bergabung dengan salah satu kubu,
baik kubu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan kaum muslimin Madinah atau kubu
orang kafir Quraisy Makkah. Maka, bergabunglah suku Khuza’ah di kubu Nabi
shallallahu ‘alahi wa sallam dan suku Bakr bergabung di kubu orang kafir
Quraisy. Padahal, dulu di zaman Jahiliyah, terjadi pertumpahan darah antara dua
suku ini dan saling bermusuhan. Dengan adanya perjanjian Hudaibiyah,
masing-masing suku melakukan gencatan senjata. Namun, secara licik, Bani Bakr
menggunakan kesempatan ini melakukan balas dendam kepada suku Khuza’ah. Bani
Bakr melakukan serangan mendadak di malam hari pada Bani Khuza’ah ketika mereka
sedang di mata air mereka. Secara diam-diam, orang kafir Quraisy mengirimkan
bantuan personil dan senjata pada Bani Bakr. Akhirnya, datanglah beberapa orang
diantara suku Khuza’ah menghadap Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di Madinah.
Mereka mengabarkan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh orang kafir
Quraisy dan Bani Bakr.
Karena merasa bahwa dirinya
telah melanggar perjanjian, orang kafir Quraisy pun mengutus Abu Sufyan ke
Madinah untuk memperbarui isi perjanjian. Sesampainya di Madinah, dia
memberikan penjelasan panjang lebar kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam,
namun beliau tidak menanggapinya dan tidak memperdulikannya. Dengan adanya
pengkhianatan ini, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memerintahkan para
shahabat untuk menyiapkan senjata dan perlengkapan perang. Beliau mengajak
semua shahabat untuk menyerang Makkah. Beliau barsabda, “Ya Allah, buatlah
Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar hingga aku tiba di sana secara
tiba-tiba.”
Setelah sampai di Mekkah, Nabi
Muhammad langsung menuju masjidil haram, beliau memerintahkan untuk menghapus
gambar-gambar dan mengeluarkan patung-patung dari dalam Ka’bah, Nabi Muhammad
menyempatkan shalat di dalamnya sebelum menemui orang-orang kafir Mekkah yang
menunggu beliau diluar Ka’bah. Orang-orang kafir Mekkah mengira, kedatangan
Nabi Muhammad dengan 10.000 pasukan bersenjata lengkap pasti untuk membalas
dendam kepada mereka, lantaran perbuatan keji yang pernah mereka lakukan kepada
Nabi Muhammad beserta pengikutnya, tetapi hal ini tidaklah terjadi. Nabi
Muhammad keluar Ka’bah menemui orang-oang kafir Mekkah seraya bersabda, “Wahai
orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kesombongan jahiliyah dan
pengagungan terhadap nenek moyang. Manusia dari Adam dan Adam dari tanah.”
“Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangankan (harapkan) tentang apa yang
akan aku lakukan terhadap kalian?” mereka menjawab, “Yang baik-baik, sebagai
saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia.” Nabi bersabda, “Aku
sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya: ‘Pada
hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha
penyayang.’ Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!”
Nabi Muhammad hidup di daerah
netral, yang tidak ada penguasa kuat di dalamnya. Pada awal dakwah, Nabi
Muhammad sangat terbantu dengan keberadaan paman Beliau yang bernama Abu
Thalib, salah seorang pembesar Quraiys, yang bersedia melindungi beliau dari
ancaman orang-orang Musyrik Mekkah. Tetapi keadaan berubah setelah paman
beliau, Abu Thalib meninggal dunia yang disusul tiga hari kemudian istri beliau
khadijah wafat juga. Orang-orang Musyrik Mekkah sudah tidak segan-segan lagi
berbuat aniaya terhadap diri Nabi Muhammad dan pengikutnya. Sebagai kaum
minoritas, umat Islam pada saat itu tidak dapat berbuat banyak untuk membela
diri, Sedapat mungkin hanya bertahan dari berbagai perlakuan kejam orang-orang
Musyrik Mekkah. Umat Islam mengalami perkembangan sangat pesat ketika Nabi
Muhammad bersama umat Beliau hijrah ke
Habsyah (Madinah), yang diperintah seorang raja bijaksana beragama
Nasrani bernama Najasyi Asham bin Abjar, yang memberikan kebebasan umat Islam
dalam menjalankan agama dan berdakwah. Seiring berkembangnya agama Islam, maka
negeri Habsyah (Madinah) menjadi negeri Islam, negeri yang kuat, dengan Nabi
Muhammad sebagai pemimpinnya.
Kisah kasih Yesus
dalam hidupnya
Kisah hidup Yesus di mulai saat dia
dilahirkan oleh seorang wanita muda tanpa suami. Semakin besar Yesus, semakin
besar pula hikmatnya, dan semakin disayangi oleh manusia. Pada umur 30 tahun
Yesus datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis, setelah keluar dari air
nampaklah roh kudus dengan rupa burung merpati yang kemudian menyatakan Yesus
adalah anak Allah. Yesus mulai berkeliling mengabarkan Injil Kerajaan Allah
pada umur 30 tahun setelah dibaptis Yohanes Pembaptis. Dakwah Yesus tidak
berjalan lancar sebagaimana nabi-nabi Allah lainnya, walaupu ia sudah sangat
banyak bermukjizat. Yesus banyak dibenci oleh orang-orang Saduki, Farisi dan
ahli-ahli Taurat karena dakwahnya yang sering mengkritik kemunafikan mereka,
oleh karena itu dalam berbagai kesempatan, orang-orang Saduki, Farisi dan
ahli-ahli Taurat berusaha untuk menghasut orang-orang Israel awam untuk
membenci Yesus. Kepada penguasa Romawi, orang-orang Saduki, Farisi dan
ahli-ahli Taurat juga menghasut dengan berkata bahwa Yesus akan mengangkat diri
sebagai raja Israel. Tidak hanya cacian dan hinaan, tapi percobaan pembunuhan
juga sering dialami oleh Yesus di banyak kesempatan, namun usaha mereka selalu
gagal.
Dua hari sebelum paskah,
berkumpulah imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi di istana seorang imam besar
yang bernama Kayafas. Mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus
dan membunuhnya. Imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi membujuk salah seorang
murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot untuk menunjukkan tempat persembunyian
Yesus dengan imbalan tiga puluh uang perak, Yudas Iskariot bersedia melakukan
keinginan imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi dengan imbalan tersebut. Setelah
perjamuan Paskah yang pertama, Yesus bersama murid-muridnya pergi ke bukit
zaitun. Yesus berkata kepada murid-muridnya, "Ketika Aku mengutus kamu
dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan
apa-apa?" mereka menjawab, "Suatupun tidak." Kata-Nya kepada
mereka: "Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah
ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak
mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang”. Tetapi karena
keterbatasan, murd-murid Yesus hanya dapat membeli dua buah pedang dan itu
dianggap cukup oleh guru mereka. Setelah sampai di bukit Zaitun, Yesus berpesan
kepada murid-muridnya untuk berdoa, sedangkan Yesus sendiri berdoa tidak jauh
dari murid-muridnya berada. Walaupun Yesus tahu bahwa apa yang akan terjadi
pada dirinya adalah nubuat yang harus digenapi, tapi entah mengapa, Yesus
merasa sangat ketakutan, lebih-lebih setelah ia tahu murid-muridnya lebih suka
tidur dari pada berdoa atau menjaga dirinya.
Tidak lama kemudian datanglah
serombongan orang dengan Yudas Iskariot di dalamnya, mengetahui apa yang bakal
terjadi, seorang murid Yesus menyerang hamba imam besar hingga putus
telinganya. Tetapi Yesus berkata: “sudahlah itu” lalu menjamah orang itu dan
menyembuhkannya. Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu, di giring ke
rumah imam besar. Orang-orang yang menahan Yesus memukuli dia dan
mengolok-oloknya, dan banyak lagi hujatan mereka kepada Yesus. Setelah siang
hari, berkumpullah tua-tua bangsa Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
lalu menghadapkan Yesus ke mahkamah agama mereka. Yesus ditanya: “Jikalau
Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.” Jawab Yesus: “Sekalipun Aku
mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku
bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak
Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” Kata mereka semua:
“Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan,
bahwa Akulah Anak Allah.” Lalu kata mereka: “Untuk apa kita perlu kesaksian
lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri.” Setelah itu Yesus
dibawa kepada Pilatus. Di sana, mereka menuduh Yesus telah menyesatkan bangsa
Israel, melarang orang membayar pajak kepada kaisar, dan mengaku dirinya adalah
Kristus atau raja. Pilatus yang tidak menemukan bukti kesalahan Yesus, mengirimkan
Yesus ke Herodes agar dapat di adili, akan tetapi, Herodes juga tidak menemukan
kesalahan Yesus sehingga harus mengembalikannya ke Pilatus. Pilatus ingin
membebaskan Yesus karena nyata baginya Yesus tidak bersalah. Tetapi karena
orang terus menuntut dengan keras agar Yesus disalib, akhirnya Pilatus
mengabulkan tuntutan mereka. Pilatus membebaskan orang yang dipenjara bernama
Barabas dan menghukum Yesus sesuai kemauan mereka.
Mereka membawa Yesus sampai di
sebuah tempat yang disebut tengkorak, mereka menyalibkan Yesus bersama dua
orang penjahat, satu disamping kiri dan satu lagi di samping kanan. Kemudian
Yesus berdoa kepada Allah: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat.” Orang banyak berdiri di situ, Pemimpin-pemimpin
mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia
menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih
Allah.” Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur
asam kepada-Nya dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi,
selamatkanlah diri-Mu!” kira-kira jam dua belas sampai jam tiga terjadi
kegelapan meliputi daerah tersebut karena matahari tidak bersinar dan tabir
bait Allah terbelah menjadi dua. Ketika kepala pasukan melihat apa yang
terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: “Sungguh, orang ini adalah orang benar!”
Yesus hidup di sebuah negeri
yang dikuasai oleh penguasa Romawi, kerajaan besar dan kuat pada saat itu.
Walaupun dikatakan sebagai keturunan Daud namun Yesus sama sekali tidak
memiliki orang yang dapat melindunginya dalam berdakwah, bahkan murid-muridnya
sekalipun tidak. Bersama murid-muridnya, Yesus berkeliling ke kota-kota Israel
untuk mengabarkan Injil, sekaligus sebagai upaya menghindari celaan, cacian dan
bahkan usaha pembunuhan atas dirinya. Selama tiga tahun berdakwa, dari lahir
sampai dengan kematiannya di kayu salib, Yesus tidak pernah memiliki kekuasaan
sehingga dapat membela diri dan pengikutnya dari perbuatan kejam orang-orang Yahudi
dan Romawi, walaupun konon Yesus dinubuatkan akan menjadi raja Israel.
Kesimpulan
Dari kisah Nabi
Muhammad dan Yesus di atas, dapat saya katakan, kedua-duanya memiliki sifat
pengasih dan pemaaf. Tetapi sayangnya, hanya satu orang saja yang benar-benar
telah teruji memiliki sifat pengasih dan pemaaf, orang tersebut adalah Nabi
Muhammad. Mengapa demikian? Karena Nabi Muhammad memiliki kekuasaan sebuah
negeri, dengan banyak pengikut yang begitu loyal kepada Beliau. Namun kekuasaan
atau kekuatan yang diberikan kepada Nabi Muhammad tidak digunakannya untuk
membalas perlakuan kejam orang-orang Musyrik Mekkah, pada saat Fathul Makkah.
Lalu bagaimana dengan Yesus? Dalam kisah di atas Yesus memang terlihat pengasih
dan memaafkan orang-orang yang menyalibkannya. Namun perlu di ingat, pada saat
memaafkan penyalibnya, Yesus dalam posisi tertindas, tak berdaya, dan teraniaya.
Orang yang memaafkan seseorang pada saat orang tersebut tidak dapat membalas,
nilainya jauh lebih rendah dari pada orang yang memaafkan seseorang, pada saat
orang tersebut memiliki kesempatan berupa kekuatan untuk membalas. Karena Yesus
tidak memiliki kesempatan berupa kekuatan untuk membalas orang-orang yang
menyalibnya, maka dengan berat hati dapat saya katakan bahwa, sifat kasih dan
pemaaf Yesus belumlah TERUJI.
0 Response to "Kasih Yesus Yang Belum Teruji"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.