Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Kebutuhan Dunia Terhadap Keberadaan Bible


The Book of Eli adalah Film yang mengisahkan seorang pria bernama Eli (Denzel Washington), yang berupaya mengembalikan peradaban manusia setelah terjadi perang besar yang menghancurkan. Eli kemudian mengembara berjalan mengarungi padang pasir selama tiga puluh tahun untuk mencari sebuah tempat yang akan menjadi awal baru peradaban manusia. Dalam perjalanannya, Eli membawa sebuah kitab yang sangat berharga. Barang siapa menjadi pemilik kitab ini maka ia akan bisa menguasai dunia. Pada saat kehancuran dunia tiga puluh tahun sebelumnya, seluruh Bible yang ada di dunia telah dimusnahkan dan Eli adalah satu-satunya orang yang masih memiliki Bible. Tuhan memerintahkan Eli untuk membawa Alkitab ini ke tempat peradaban akan dibangkitkan lagi…

Sebagai seorang Muslim, saya berpendapat film “The Book of Eli” sangat mungkin adalah impian setiap orang Kristen. Impian dari sebuah harapan, kitab Bible yang mereka yakini turun-temurun sebagai firman Tuhan, yang ditulis oleh orang-orang yang mereka sendiri tidak yakin penulisnya, akan menjadi sesuatu yang sangat berharga, diperebutkan oleh banyak manusia, dan menjadi harapan satu-satunya untuk mengembalikan peradaban manusia yang kini mungkin
berada di ujung kehancuran. Penyebab kehancuran peradaban manusia adalah adanya peperangan dengan skala luas, yang melibatkan semua atau sebagian besar negara-negara di dunia. Dalam kondisi seperti itulah Bible sangat diharapkan dapat menjadi jalan satu-satunya yang akan mengantarkan manusia pada peradabannya yang telah hancur. Namun apa daya, harapan berubah menjadi kekecewaan manakala orang-orang Kristen dengan mata kepala sendiri melihat, bagaimana peperangan besar seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II dan perang-perang besar lainnya, justru terjadi dan bermula dari negara-negara Barat yang mayoritas beragama Kristen. Jika satu kitab Bible saja dapat membangun kembali peradaban manusia, coba bayangkan apa yang bisa terjadi jika Bible dimiliki oleh setiap orang Kristen seperti sekarang? Logikanya, manusia akan hidup dengan peradaban yang jauh jauh lebih baik dari sekerang. Lalu kenyataan seperti apa yang kita lihat sekarang? Kosong! Jangankan membangun kembali peradaban manusia, mencegah perang saja Bible tak mampu. Padahal perang adalah awal mula kehancuran peradaban manusia. Bukankah lebih baik dan lebih mudah mencegah kehancuran peradaban manusia dari pada membangunnya kembali?

Jika suatu saat peradaban manusia mengalami kehancuran seperti yang dapat kita saksikan dalam film “The Book of Eli”, apa yang bisa Bible lakukan untuk membangun kembali peradaban manusia? Apakah dengan menempatkan Bible dalam sebuah gereja, kemudian bim-salabim, peradaban manusia kembali seperti semula? Tentu tidak, karena itu hanya ada di negeri dongeng. Apakah dengan menjalankan ajaran Bible? Ya, itu mungkin benar, tapi peradaban semacam apakah yang berhasil dibangun dengan menjalankan ajaran Bible? Mari kita cari tahu peradaban yang mungkin dibangun dengan menjalankan ajaran Bible.

Di dalam Bible, khususnya di dalam Taurat sudah terdapat hukum-hukum Allah yang jika dijalankan dan disokong oleh kepemimpinan yang kuat akan menjadikan sebuah bangsa menjadi bangsa yang beradab, sesuai yang diingini oleh Allah. Tetapi sayangnya, hukum Taurat hanya berlaku kepada orang-orang Israel dan orang-orang non-Israel yang tinggal di lingkungan orang Israel. Orang Kristen menjalankan hukum yang diajarkan oleh Yesus, yaitu hukum kasih. Jika dalam hukum Taurat orang jahat akan dibalas dengan balasan setimpal, sebaliknya dalam hukum kasih orang jahat akan dibalas dengan perbuatan baik, ajaran Yesus tersebut dapat and abaca dalam ayat-ayat dibawah ini:
    
Matius 5:39-41  Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.


Dapat anda baca dalam ayat-ayat di atas, Yesus melarang membalas orang yang berbuat jahat kepada kita, jika orang jahat tersebut mengingini sesuatu dari kita, maka kita wajib memberi apa yang dia minta dan bukan itu saja, kita juga wajib memberikan sesuatu yang lebih baik dari yang dia minta. Contohnya:  jika motor kita dicuri orang, orang itu juga berhak atas mobil yang kita miliki, jika ada orang memperkosa istri kita, kita juga harus memberikan anak gadis kita agar diperkosa, dll. Membangun peradaban dengan Bible sama artinya membangun peradaban manusia tanpa peradaban, karena orang jahat tidak boleh dibalas, maka manusia akan lebih tertarik memilih untuk jadi orang jahat dari pada orang baik. Bisa anda bayangkan bagaimana kehidupan manusia jika hal tersebut terjadi? Itulah jika Bible digunakan untuk membangun sebuah peradaban.      

Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Kebutuhan Dunia Terhadap Keberadaan Bible"

  1. katanya anda percaya Yesus seorang nabi yang menubuatkan muhamad, katanya muhamad menyebut Yesus seorang nabi yang suci dan berada di sorga, sekarang anda bilang Yesus mengajarkan yang SALAH & membuat dunia tidak beradab.. berarti anda sedang berkata muhamad berkata bohong..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak, Yesus tidak pernah mengajarkan ajaran yang salah, pengarang Bible Perjanjian Baru (Injil) yang membuat seolah-olah Yesus mengajarkan ajaran yang salah , membuat dunia tidak beradab.

      Hapus
  2. Sebagai seorang Muslim, saya berpendapat film “The Book of Eli” sangat mungkin adalah impian setiap orang Kristen. Impian dari sebuah harapan, kitab Bible yang mereka yakini turun-temurun sebagai firman Tuhan, yang ditulis oleh orang-orang yang mereka sendiri tidak yakin penulisnya, akan menjadi sesuatu yang sangat berharga, diperebutkan oleh banyak manusia, dan menjadi harapan satu-satunya untuk mengembalikan peradaban manusia yang kini mungkin
    berada di ujung kehancuran.

    BalasHapus

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.