Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Kasih Itu Tidak Menjadikan Tuhan Sebagai Penebus Dosa


Sebagian Kristen merasa dirinya suci, seperti malaikat kecil yang baru saja turun dari Surga yang penuh kedamaian dan tanpa noda dosa, yang kemudian menghakimi umat Islam yang hidup di zaman ini dengan sejarah perkembangan Islam yang mungkin terlihat oleh mereka, penuh dengan peperangan yang identik dengan membunuh. Ini mungkin terjadi karena dalam ajaran Kristen mereka diajarkan untuk tidak membalas perbuatan jahat orang lain (Matius 26:52), mengasihi orang yang memusuhi mereka (Matius 5:44) dan memaafkan sebanyak-banyaknya kesalahan orang lain (Matius 18:22). Sayangnya, ajaran tersebut hanya Kristen jalankan ketika mereka masih minoritas dan dalam kondisi lemah. Tetapi ketika mereka menjadi bagian mayoritas dan dalam kondisi kuat, maka anda akan dapat dengan mudah mencari negara-negara mayoritas Kristen yang terlibat dalam pembunuhan (perang) dan penjarahan, baik di masa lalu atau di masa kita hidup sekarang.


Hal di atas rupanya dilupakan oleh Kristen dan tetap pongah seolah-olah hanya agama Kristen yang mengajarkan kasih. Yesus memang mengajarkan kasih, tapi apakah orang-orang Kristen dengan benar menjalankannya? Mari kita teliti bersama ajaran kasih.

Ada banyak ayat dalam Injil Perjanjian Baru yang di mana Yesus mengajarkan bagaimana berbuat kasih, tetapi yang paling penting dan yang akan saya bahas di sini adalah ajaran kasih Yesus dalam Matius 22:34-40 yang berbunyi;

34  Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka

35  dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:

36  "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"

37  Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

40  Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Dari ayat-ayat di atas dapat kita simpulkan, bahwa menurut Yesus, hukum yang terutama dalam hukum Taurat ada dua, yaitu pertama: mengasihi Allah dengan segenap hati, dan kedua: mengasihi sesama manusia. Kedua hukum tersebut bukanlah murni ajaran Yesus, karena sesungguhnya Yesus hanya mengutip kata-kata tersebut dari Bible Perjanjian Lama. Hukum pertama, yaitu: “mengasihi Allah dengan segenap hati”, dapat anda temukan dalam Ulangan 6:5, sedangkan hukum kedua, yaitu: “kasihilah sesamamu manusia”, juga dapat anda temukan dalam Imamat 19:18. Kedua hukum tersebut, oleh Kristen dipahami sebagai “merangkum seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” berbeda dengan Yesus di Matius 22:40, yang menyebut di kedua hukum tersebut “tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. Oleh karena itu, seorang Kristen tidak merasa perlu bersusah-payah menjalankan hukum Taurat dengan sempurna yang menurut mereka mustahil dapat dijalankan. Bagi mereka, cukup hanya dengan menjalankan dua hukum kasih, sudah sama dengan menjalankan seluruh hukum Taurat dengan sempurna. Padahal, yang di maksud Yesus di Matius 22:40 adalah kedua hukum kasih tersebut sebagai pokok atau pondasi dari seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Pernyataan Yesus yang mendahulukan hukum mengasihi Tuhan Allah dari pada mengasihi sesama manusia, walaupun tidak dikatakan secara eksplisit, tentu ada maksud dan tujuannya, yaitu mendahulukan Tuhan dari pada apapun di dunia ini dalam segala hal, termasuk dalam hal berbuat kasih. Oleh karena itu, Kristen tidak perlu pongah karena sudah dapat berbuat kasih kepada sesama sebelum dapat berbuat kasih kepada Tuhan. Lebih baik, keluarkan dahulu balok di mata sendiri, baru kemudian mengeluarkan selumbar dari mata umat Islam, demikian pesan Yesus (Matius 7:5).

Apakah Kristen Mengasihi Tuhan (Yesus)?

Yesus lahir dari Rahim perawan Maria melalui Roh Kudus. Diyakini oleh Kristen sebagai inkarnas Allah sendiri, firman dan anak Allah yang lahir sebagai manusia berdaging. Salah satu tiga pribadi Allah yang esa. Yesus telah ditentukan oleh Allah sebagai jalan perdamaian dan keselamatan oleh darahnya. Walaupun Allah, Ia telah menghampakan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dengan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Ini dilakukannya untuk menebus dosa manusia dan hanya dengan mengakui dengan mulut, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati, bahwa Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati Kristen akan diselamatkan.  

Seseorang akan berusaha sekuat tenaga dan dengan segala upaya baik pikiran, tenaga, atau bahkan kalau perlu nyawa dipertaruhkan, untuk menjaga apa yang dikasihinya dari sesusatu yang dapat menyakitinya, melukainya dan bahkan mungkin membunuhnya. Namun dalam kasus agama Kristen, kasih tidak selalu dibuktikan dengan pengorbanan demi yang dikasihi. Kasih dalam agama Kristen ternyata juga harus dibuktikan dengan mengkorbankan yang dikasihi, Yesus Kristus, Tuhan mereka sendiri. Bagi Kristen, Yesus tidak lebih tinggi derajatnya dari domba atau kambing sembelihan penebus dosa, hanya jadi tebusan dosa yang seharusnya mereka tanggung sendiri. Orang-orang Yahudi yang menyalib Yesus masih lebih mulia dibanding orang-orang Kristen. Orang-orang Yahudi hanya menangkap, mengadili, mengolok-olok, dan kemudian menyalib Yesus sampai mati, selesai sampai di situ penderitaan Yesus. Sedangkan Kristen yang menganggap dirinya mengasihi Yesus, justru membebani Yesus dengan berbagai dosa yang seharusnya jadi tanggungannya sendiri.

Bagaimana jika Kristen beralasan bukan mereka yang mengkorbankan Yesus, tapi Yesus sendiri yang ingin mengkorbankan dirinya untuk mereka.

Seandainya anda memiliki kesalahan terhadap orang lain, kemudian orang tersebut hendak menuntut balas atas kejahatan anda. Salah seorang yang sangat anda kasihi tahu masalah tersebut, dan berkata kepada orang yang bermasalah dengan anda, agar balasan atas kesalahan anda tersebut ditimpakan saja kepada dirinya, bagaimana anda bersikap? Saya yakin seribu persen, anda tidak akan bersedia balasan atas kesalahan anda tersebut ditimpakan kepada orang yang anda kasihi. Demikian juga dengan Yesus, boleh jadi Yesus mengkorbankan dirinya untuk orang-orang Kristen. Tetapi apakah orang-orang yang mengaku mengasihi Yesus ini, dapat dengan entengnya berkata; “baik, kami serahkan dosa-dosa ini pada Engkau Tuhan?” tidak! Tidak demikian seharusnya ucapan seorang yang mengasihi Yesus. Orang yang mengasihi Yesus tentu akan berkata; “tidak Tuhan, ini dosa kami, biarlah kami yang menanggungnnya!”

Agama Kristen dikenal selain mempertuhankan Yesus, juga menjadikan Yesus sebagai tebusan dosa. orang yang mengasihi Yesus tidak cukup berkata kepada Yesus; “tidak Tuhan, ini dosa kami, biarlah kami yang menanggungnnya!” kemudian tetap menjadi bagian dari agama yang menjadikan Yesus sebagai tebusan dosa. Orang yang benar-benar mengasihi Yesus akan membuktikan rasa cintanya dengan meninggalkan agama Kristen, yang di dalamnya dogma penebusan dosa berasal.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kasih Itu Tidak Menjadikan Tuhan Sebagai Penebus Dosa"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.