Kasih Itu Tidak Menjadikan Tuhan Sebagai Penebus Dosa
Sebagian Kristen merasa dirinya
suci, seperti malaikat kecil yang baru saja turun dari Surga yang penuh
kedamaian dan tanpa noda dosa, yang kemudian menghakimi umat Islam yang hidup
di zaman ini dengan sejarah perkembangan Islam yang mungkin terlihat oleh
mereka, penuh dengan peperangan yang identik dengan membunuh. Ini mungkin
terjadi karena dalam ajaran Kristen mereka diajarkan untuk tidak membalas
perbuatan jahat orang lain (Matius 26:52), mengasihi orang yang memusuhi mereka
(Matius 5:44) dan memaafkan sebanyak-banyaknya kesalahan orang lain (Matius
18:22). Sayangnya, ajaran tersebut hanya Kristen jalankan ketika mereka masih
minoritas dan dalam kondisi lemah. Tetapi ketika mereka menjadi bagian
mayoritas dan dalam kondisi kuat, maka anda akan dapat dengan mudah mencari
negara-negara mayoritas Kristen yang terlibat dalam pembunuhan (perang) dan
penjarahan, baik di masa lalu atau di masa kita hidup sekarang.
Hal di atas rupanya dilupakan oleh Kristen dan tetap pongah seolah-olah
hanya agama Kristen yang mengajarkan kasih. Yesus memang mengajarkan kasih,
tapi apakah orang-orang Kristen dengan benar menjalankannya? Mari kita teliti
bersama ajaran kasih.
Ada banyak ayat dalam Injil Perjanjian Baru yang di mana Yesus
mengajarkan bagaimana berbuat kasih, tetapi yang paling penting dan yang akan saya
bahas di sini adalah ajaran kasih Yesus dalam Matius 22:34-40 yang berbunyi;
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa
Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat,
bertanya untuk mencobai Dia:
36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam
hukum Taurat?"
37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri.
40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh
hukum Taurat dan kitab para nabi."
Dari ayat-ayat di atas dapat kita simpulkan, bahwa menurut Yesus, hukum
yang terutama dalam hukum Taurat ada dua, yaitu pertama: mengasihi Allah dengan
segenap hati, dan kedua: mengasihi sesama manusia. Kedua hukum tersebut
bukanlah murni ajaran Yesus, karena sesungguhnya Yesus hanya mengutip kata-kata
tersebut dari Bible Perjanjian Lama. Hukum pertama, yaitu: “mengasihi Allah
dengan segenap hati”, dapat anda temukan dalam Ulangan 6:5, sedangkan hukum
kedua, yaitu: “kasihilah sesamamu manusia”, juga dapat anda temukan dalam
Imamat 19:18. Kedua hukum tersebut, oleh Kristen dipahami sebagai “merangkum
seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” berbeda dengan Yesus di Matius 22:40,
yang menyebut di kedua hukum tersebut “tergantung seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi”. Oleh karena itu, seorang Kristen tidak merasa perlu
bersusah-payah menjalankan hukum Taurat dengan sempurna yang menurut mereka
mustahil dapat dijalankan. Bagi mereka, cukup hanya dengan menjalankan dua
hukum kasih, sudah sama dengan menjalankan seluruh hukum Taurat dengan
sempurna. Padahal, yang di maksud Yesus di Matius 22:40 adalah kedua hukum
kasih tersebut sebagai pokok atau pondasi dari seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi.
Pernyataan Yesus yang mendahulukan hukum mengasihi Tuhan Allah dari pada
mengasihi sesama manusia, walaupun tidak dikatakan secara eksplisit, tentu ada
maksud dan tujuannya, yaitu mendahulukan Tuhan dari pada apapun di dunia ini
dalam segala hal, termasuk dalam hal berbuat kasih. Oleh karena itu, Kristen
tidak perlu pongah karena sudah dapat berbuat kasih kepada sesama sebelum dapat
berbuat kasih kepada Tuhan. Lebih baik, keluarkan dahulu balok di mata sendiri,
baru kemudian mengeluarkan selumbar dari mata umat Islam, demikian pesan Yesus
(Matius 7:5).
Apakah Kristen Mengasihi Tuhan
(Yesus)?
Yesus lahir dari Rahim perawan Maria melalui Roh Kudus. Diyakini oleh
Kristen sebagai inkarnas Allah sendiri, firman dan anak Allah yang lahir
sebagai manusia berdaging. Salah satu tiga pribadi Allah yang esa. Yesus telah
ditentukan oleh Allah sebagai jalan perdamaian dan keselamatan oleh darahnya. Walaupun
Allah, Ia telah menghampakan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dengan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Ini dilakukannya untuk menebus dosa manusia dan hanya dengan mengakui dengan
mulut, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati, bahwa Allah
membangkitkan Yesus dari antara orang mati Kristen akan diselamatkan.
Seseorang akan berusaha sekuat tenaga dan dengan segala upaya baik
pikiran, tenaga, atau bahkan kalau perlu nyawa dipertaruhkan, untuk menjaga apa
yang dikasihinya dari sesusatu yang dapat menyakitinya, melukainya dan bahkan mungkin
membunuhnya. Namun dalam kasus agama Kristen, kasih tidak selalu dibuktikan
dengan pengorbanan demi yang dikasihi. Kasih dalam agama Kristen ternyata juga
harus dibuktikan dengan mengkorbankan yang dikasihi, Yesus Kristus, Tuhan
mereka sendiri. Bagi Kristen, Yesus tidak lebih tinggi derajatnya dari domba
atau kambing sembelihan penebus dosa, hanya jadi tebusan dosa yang seharusnya
mereka tanggung sendiri. Orang-orang Yahudi yang menyalib Yesus masih lebih
mulia dibanding orang-orang Kristen. Orang-orang Yahudi hanya menangkap,
mengadili, mengolok-olok, dan kemudian menyalib Yesus sampai mati, selesai
sampai di situ penderitaan Yesus. Sedangkan Kristen yang menganggap dirinya mengasihi Yesus, justru membebani Yesus dengan berbagai dosa yang seharusnya jadi
tanggungannya sendiri.
Bagaimana jika Kristen beralasan bukan mereka yang mengkorbankan Yesus,
tapi Yesus sendiri yang ingin mengkorbankan dirinya untuk mereka.
Seandainya anda memiliki kesalahan terhadap orang lain, kemudian orang
tersebut hendak menuntut balas atas kejahatan anda. Salah seorang yang sangat
anda kasihi tahu masalah tersebut, dan berkata kepada orang yang bermasalah
dengan anda, agar balasan atas kesalahan anda tersebut ditimpakan saja kepada dirinya,
bagaimana anda bersikap? Saya yakin seribu persen, anda tidak akan bersedia
balasan atas kesalahan anda tersebut ditimpakan kepada orang yang anda kasihi. Demikian
juga dengan Yesus, boleh jadi Yesus mengkorbankan dirinya untuk orang-orang Kristen.
Tetapi apakah orang-orang yang mengaku mengasihi Yesus ini, dapat dengan
entengnya berkata; “baik, kami serahkan dosa-dosa ini pada Engkau Tuhan?” tidak!
Tidak demikian seharusnya ucapan seorang yang mengasihi Yesus. Orang yang
mengasihi Yesus tentu akan berkata; “tidak Tuhan, ini dosa kami, biarlah kami
yang menanggungnnya!”
Agama Kristen dikenal selain mempertuhankan Yesus, juga menjadikan Yesus
sebagai tebusan dosa. orang yang mengasihi Yesus tidak cukup berkata kepada
Yesus; “tidak Tuhan, ini dosa kami, biarlah kami yang menanggungnnya!” kemudian
tetap menjadi bagian dari agama yang menjadikan Yesus sebagai tebusan dosa. Orang
yang benar-benar mengasihi Yesus akan membuktikan rasa cintanya dengan
meninggalkan agama Kristen, yang di dalamnya dogma penebusan dosa berasal.
0 Response to "Kasih Itu Tidak Menjadikan Tuhan Sebagai Penebus Dosa"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.