Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Orang Buta Yang Merasa Lebih Mengenal Tuhan

Waktu yang panjang ternyata tidak menjamin teologi suatu agama dapat dipahami dengan baik oleh umatnya. Contohnya agama mana lagi kalau bukan agama Kristen. Coba anda bayangkan, dogma Trinitas sudah muncul paling tidak sebelum tahun 40 Masehi dan baru dikukuhkan sebagai dogma resmi gereja pada tahun 325 Masehi di Konsili Nicea. Namun belum ada umat Kristen yang hidup sebelum tahun 40 Masehi sampai dengan umat Kristen sekarang (2013 Masehi) yang memahami dengan baik Trinitas. Umat Kristen yang pernah anda temui boleh saja mengatakan dengan mulutnya menjelaskan Trinitas seolah-olah mereka sangat memahaminya, tapi yakinlah itu hanya di mulut, berbeda dengan kenyataan yang ada dalam hati. Mulanya mereka memberi penjelasan mengenai Trinitas dengan dogma gereja, kemudian setelah melihat lawan bicara tidak memahaminya, mereka akan menjelaskan dogma Trinitas melalui analogi dengan alasan agar lebih dapat dipahami. Tahukah anda mengapa mereka lebih sering menjelaskan dogma Trinitas dengan analogi? Karena sesungguhnya, mereka sama sekali tidak paham dengan Trinitas, yang mereka pahami selama ini adalah analoginya saja, itulah sebabnya mereka menjelaskan Trinitas dengan analogi, karena hanya itulah yang mereka pahami.

Trinitas bukanlah dogma yang dapat dipahami, melainkan dogma yang hanya dapat dan harus diimani. Sebagaimana pernah saya baca dalam sebuah artikel di sebuah situs Kristen, menurut penulis situs Kristen tersebut, Trinitas hanya dapat dipahami dengan keterbukaan hati untuk memandang Allah dari sudut pandang yang mengatasi pola berpikir manusia. Apakah anda tahu arti kata-kata tersebut? Menurut saya, kata-kata tersebut bermaksud mengajak anda yang ingin memahami Trinitas untuk tidak menggunakan akal untuk berpikir. Manusia memahami sesuatu dengan cara berpikir, jika untuk memahami Trinitas manusia tidak diperkenankan untuk berpikir, lantas bagaimana manusia memperoleh pemahaman? Kristen beralasan bahwa dasar dogma Trinitas terdapat dalam Bible Perjanjian Baru, namun sayangnya, sebagian ayat-ayatnya diyakini palsu, sisipan, atau ucapan pengarang Injil Kristen sendiri, seperti Yohanes 1:1-3, Matius 28:18-20, 1 Yohanes 5:7, 1 Petrus: 1-2, 2 Petrus 1:2, 1Korintus 1:2-10, 1Korintus 8:6, Efesus 1:3-14. Sebagian lainnya adalah ayat-ayat yang sengaja di salah tafsirkan oleh gereja, seperti Yohanes 10:30, Yohanes 14:9, Yohanes 17: 21, Lukas 3: 22, Matius 17:5, padahal apa yang ditulis oleh pengarang Injil Kristen bukanlah ajaran yang pernah diajarkan oleh Yesus atau bahkan seluruh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Trinitas tidak lain merupakan pengaruh ajaran filsafat Plato yang kemudian dianut para pemimpin Gereja sejak abad II.

Seakan melupakan betapa pelik dan rumitnya dogma Trinitas yang harus mereka pahami, umat Kristen merasa diri begitu mengenal dan dekat dengan Tuhan dan merasa pantas menyebut diri mereka sendiri sebagai anak-anak Tuhan. Mereka juga kerap menyebut orang-orang di luar agamanya sebagai orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka menyatakan demikian lantaran Tuhan yang dipahami oleh orang-orang bukan Kristen adalah Tuhan yang berbeda dengan Tuhan menurut dogma Trinitas, padahal Trinitas yang merupakan dogma ketuhanan bagi agama Kristen sendiri tidak pernah mereka pahami. Umat Kristen ibarat orang-orang buta yang merasa lebih mengenal gajah dari pada orang-orang yang matanya dapat melihat gajah dengan sangat jelas. Umat Kristen mengenal Tuhan mereka dengan cara meraba dan mengira-ngira bagaimanakah sesungguhnya Tuhan dan apa yang terlintas dalam benak atau khayal mereka inilah yang kemudian mereka anggap Tuhan. Sama persis dengan cara orang-orang buta dalam usaha mereka mengenal gajah, meraba dan mengira-ngira. Sumber kesesatan Kristen sesungguhnya berasal dari kitab Injil yang menjadi pegangan mereka. Kitab tersebut dianggap sebagai firman Tuhan walaupun tidak ada alasan cukup kuat untuk menyebutnya firman Tuhan. Kitab Injil adalah kitab karangan manusia, yang pengarang-pengarang dianggap telah diilhami oleh Roh Kudus walaupun tidak ada satu pun pengarang-pengarang Injil tersebut yang menulis dalam kitab karangannya atau mengaku secara terbuka bahwa kitab yang dikarangnya tersebut berasal dari ilham Roh Kudus, yang ada, justru pengakuan seorang pengarang Injil Lukas, bahwa apa yang dia tulis adalah hasil dari penyelidikan-penyelidikan dari sumber yang tidak pernah dia sebutkan dengan jelas dan pengarang Injil Lukas bukanlah satu-satunya pengarang Injil. Pengarang-pengarang Injil hanya menuliskan kisah perjalanan hidup Yesus yang setelah sekian lama kisah-kisah tersebut tersebar melalui tradisi lisan. Dengan cara penulisan seperti itu, sangat tidak mungkin kemudian Injil disebut firman Tuhan atau ilham roh kudus. Penulisan Injil-Injil yang jauh sesudah kepergian Yesus, membuat Injil-Injil ini tidak pernah dikonfirmasi kebenaran isinya.


Sandaran satu-satunya umat Kristen menganggap Injil firman Tuhan adalah karena Injil-Injil tersebut dipercaya ditulis oleh murid-murid Yesus, yang murid-murid tersebut dianggap tidak mungkin salah dalam menulis Injil. Itu semua hanya klaim, karena Injil-Injil yang kita kenal sekarang ini, sebenarnya tidak pernah mencantumkan nama penulisnya dan tidak ada satu pun bukti yang menunjukkan bahwa Injil-Injil tersebut ditulis oleh murid-murid Yesus. Berdasarkan penelitian ilmuwan Kristen sendiri, para penulis empat Injil dalam Bibel, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes, semuanya bukan murid Yesus.

INJIL MATIUS. K. Riedel, pakar tafsir Alkitab, menyatakan bahwa Matius yang menulis Injil Matius bukanlah murid Yesus:

“Menurut pendapat kita, pengarang Injil Matius bukannya seorang dari keduabelas rasul, melainkan seorang Kristen berbangsa Yahudi yang tidak dikenal. Akan tetapi kita dapat mengatakan, bahwa pengarang Injil Matius itu seorang yang mempunyai karunia Roh Kudus. Hanya karena karunia Roh itu ia dapat melaksanakan karangan yang demikian penting untuk segenap gereja Kristus” (Tafsiran Injil Matius, hal. 14).

Memang, dalam Injil disebutkan bahwa Matius pemungut cukai termasuk ke dalam daftar 12 murid Yesus. Namun, Injil Matius bukanlah ditulis oleh Matius murid Yesus, melainkan Matius yang lain lagi.

INJIL MARKUS. Gerard S. Sloyan menyimpulkan bahwa Injil Markus ditulis pada tahun 65-70 M oleh seorang penulis yang bukan murid Yesus, melainkan Markus murid Petrus dari Roma.

INJIL LUKAS. I. Suharyo Pr, doktor teologi universitas Urbaniana, Roma, mengakui bahwa penulis Injil Lukas bukan murid Yesus, melainkan seorang tabib temannya Paulus yang bernama Lukas. Pernyataan ini diakui oleh “Lukas adalah seorang yang beriman dari lingkungan kafir. Ia adalah kawan seperjalanan Paulus dan seorang yang bekerja sebagai tabib” (Pengantar Injil Sinoptik, hal. 111). 

“Pengarang Injil Markus adalah murid Petrus dari Roma, yang menyebutnya “Markus, anakku” (I Ptr 5:13)” (The Gospel of Saint Mark; edisi Indonesia: Tafsir Injil Markus, hal. 9).

INJIL YOHANES. Prof Sri Wismoady Wahono, pendeta dari Gereja Kristen Jawi Wetan yang juga dosen STT Jakarta, menyatakan bahwa penulis Injil Yohanes bukan murid Yesus. Bahkan sampai kini penulis Injil ini masih misterius, sebagaimana pengakuan:

“Dari semua keterangan yang terkumpul, semua ahli menyimpulkan bahwa penulis kitab Injil Yohanes adalah seorang penatua dari jemaat Efesus yang bernama Yohanes. Yohanes sang penatua ini bukanlah Yohanes Pembabtis atau Yohanes salah seorang murid Yesus. Kitab Injil Yohanes ditulis kira-kira pada tahun 100 Masehi, yaitu kira-kira 70 tahun setelah Yesus tidak ada di dunia ini” (Di Sini Kutemukan, Petunjuk Mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, hal. 445).

Sumber-sumber Kristen yang membahas masalah kanon Perjanjian Baru yang pernah saya baca tidak pernah memberikan penjelasan bagaimana Injil-Injil tersebut dinamakan dengan nama-nama yang dianggap murid-murid Yesus. Hal tersebut membuat saya berasumsi bahwa Injil-Injil tersebut sengaja diatasnamakan dengan nama orang-orang yang dianggap murid-murid Yesus agar dapat diterima sebagai firman Tuhan sederajat dengan kitab Musa dan kitab nabi-nabi lainnya, serta isinya tidak akan ada lagi yang meragukannya.    

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Orang Buta Yang Merasa Lebih Mengenal Tuhan"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.