Orang Buta Yang Merasa Lebih Mengenal Tuhan
Waktu
yang panjang ternyata tidak menjamin teologi suatu agama dapat dipahami dengan
baik oleh umatnya. Contohnya agama mana lagi kalau bukan agama Kristen. Coba
anda bayangkan, dogma Trinitas sudah muncul paling tidak sebelum tahun 40
Masehi dan baru dikukuhkan sebagai dogma resmi gereja pada tahun 325 Masehi di
Konsili Nicea. Namun belum ada umat Kristen yang hidup sebelum tahun 40 Masehi
sampai dengan umat Kristen sekarang (2013 Masehi) yang memahami dengan baik
Trinitas. Umat Kristen yang pernah anda temui boleh saja mengatakan dengan
mulutnya menjelaskan Trinitas seolah-olah mereka sangat memahaminya, tapi
yakinlah itu hanya di mulut, berbeda dengan kenyataan yang ada dalam hati.
Mulanya mereka memberi penjelasan mengenai Trinitas dengan dogma gereja,
kemudian setelah melihat lawan bicara tidak memahaminya, mereka akan
menjelaskan dogma Trinitas melalui analogi dengan alasan agar lebih dapat
dipahami. Tahukah anda mengapa mereka lebih sering menjelaskan dogma Trinitas
dengan analogi? Karena sesungguhnya, mereka sama sekali tidak paham dengan
Trinitas, yang mereka pahami selama ini adalah analoginya saja, itulah sebabnya
mereka menjelaskan Trinitas dengan analogi, karena hanya itulah yang mereka
pahami.
Trinitas
bukanlah dogma yang dapat dipahami, melainkan dogma yang hanya dapat dan harus diimani.
Sebagaimana pernah saya baca dalam sebuah artikel di sebuah situs Kristen,
menurut penulis situs Kristen tersebut, Trinitas
hanya dapat dipahami dengan keterbukaan hati untuk memandang Allah dari sudut
pandang yang mengatasi pola berpikir manusia. Apakah anda tahu arti
kata-kata tersebut? Menurut saya, kata-kata tersebut bermaksud mengajak anda
yang ingin memahami Trinitas untuk tidak menggunakan akal untuk berpikir.
Manusia memahami sesuatu dengan cara berpikir, jika untuk memahami Trinitas
manusia tidak diperkenankan untuk berpikir, lantas bagaimana manusia memperoleh
pemahaman? Kristen beralasan bahwa dasar dogma Trinitas terdapat dalam Bible
Perjanjian Baru, namun sayangnya, sebagian ayat-ayatnya diyakini palsu, sisipan,
atau ucapan pengarang Injil Kristen sendiri, seperti Yohanes 1:1-3, Matius
28:18-20, 1 Yohanes 5:7, 1 Petrus: 1-2, 2 Petrus 1:2, 1Korintus 1:2-10, 1Korintus
8:6, Efesus 1:3-14. Sebagian lainnya adalah ayat-ayat yang sengaja di salah
tafsirkan oleh gereja, seperti Yohanes 10:30, Yohanes 14:9, Yohanes 17: 21, Lukas
3: 22, Matius 17:5, padahal apa yang ditulis oleh pengarang Injil Kristen bukanlah
ajaran yang pernah diajarkan oleh Yesus atau bahkan seluruh nabi-nabi dalam
Perjanjian Lama. Trinitas tidak lain merupakan pengaruh ajaran filsafat Plato
yang kemudian dianut para pemimpin Gereja sejak abad II.
Seakan
melupakan betapa pelik dan rumitnya dogma Trinitas yang harus mereka pahami,
umat Kristen merasa diri begitu mengenal dan dekat dengan Tuhan dan merasa pantas
menyebut diri mereka sendiri sebagai anak-anak Tuhan. Mereka juga kerap
menyebut orang-orang di luar agamanya sebagai orang-orang yang tidak mengenal
Tuhan. Mereka menyatakan demikian lantaran Tuhan yang dipahami oleh orang-orang
bukan Kristen adalah Tuhan yang berbeda dengan Tuhan menurut dogma Trinitas, padahal
Trinitas yang merupakan dogma ketuhanan bagi agama Kristen sendiri tidak pernah
mereka pahami. Umat Kristen ibarat orang-orang buta yang merasa lebih mengenal
gajah dari pada orang-orang yang matanya dapat melihat gajah dengan sangat
jelas. Umat Kristen mengenal Tuhan mereka dengan cara meraba dan mengira-ngira
bagaimanakah sesungguhnya Tuhan dan apa yang terlintas dalam benak atau khayal
mereka inilah yang kemudian mereka anggap Tuhan. Sama persis dengan cara
orang-orang buta dalam usaha mereka mengenal gajah, meraba dan mengira-ngira. Sumber
kesesatan Kristen sesungguhnya berasal dari kitab Injil yang menjadi pegangan
mereka. Kitab tersebut dianggap sebagai firman Tuhan walaupun tidak ada alasan
cukup kuat untuk menyebutnya firman Tuhan. Kitab Injil adalah kitab karangan
manusia, yang pengarang-pengarang dianggap telah diilhami oleh Roh Kudus walaupun
tidak ada satu pun pengarang-pengarang Injil tersebut yang menulis dalam kitab
karangannya atau mengaku secara terbuka bahwa kitab yang dikarangnya tersebut
berasal dari ilham Roh Kudus, yang ada, justru pengakuan seorang pengarang
Injil Lukas, bahwa apa yang dia tulis adalah hasil dari
penyelidikan-penyelidikan dari sumber yang tidak pernah dia sebutkan dengan
jelas dan pengarang Injil Lukas bukanlah satu-satunya pengarang Injil. Pengarang-pengarang
Injil hanya menuliskan kisah perjalanan hidup Yesus yang setelah sekian lama kisah-kisah
tersebut tersebar melalui tradisi lisan. Dengan cara penulisan seperti itu,
sangat tidak mungkin kemudian Injil disebut firman Tuhan atau ilham roh kudus. Penulisan
Injil-Injil yang jauh sesudah kepergian Yesus, membuat Injil-Injil ini tidak pernah
dikonfirmasi kebenaran isinya.
Sandaran
satu-satunya umat Kristen menganggap Injil firman Tuhan adalah karena
Injil-Injil tersebut dipercaya ditulis oleh murid-murid Yesus, yang murid-murid
tersebut dianggap tidak mungkin salah dalam menulis Injil. Itu semua hanya
klaim, karena Injil-Injil yang kita kenal sekarang ini, sebenarnya tidak pernah
mencantumkan nama penulisnya dan tidak ada satu pun bukti yang menunjukkan
bahwa Injil-Injil tersebut ditulis oleh murid-murid Yesus. Berdasarkan penelitian ilmuwan Kristen sendiri, para penulis
empat Injil dalam Bibel, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan
Injil Yohanes, semuanya bukan murid Yesus.
Sumber-sumber
Kristen yang membahas masalah kanon Perjanjian Baru yang pernah saya baca tidak
pernah memberikan penjelasan bagaimana Injil-Injil tersebut dinamakan dengan
nama-nama yang dianggap murid-murid Yesus. Hal tersebut membuat saya berasumsi
bahwa Injil-Injil tersebut sengaja diatasnamakan dengan nama orang-orang yang
dianggap murid-murid Yesus agar dapat diterima sebagai firman Tuhan sederajat
dengan kitab Musa dan kitab nabi-nabi lainnya, serta isinya tidak akan ada lagi
yang meragukannya.
INJIL MATIUS. K. Riedel, pakar tafsir Alkitab, menyatakan
bahwa Matius yang menulis Injil Matius bukanlah murid Yesus:
“Menurut pendapat kita, pengarang Injil Matius bukannya
seorang dari keduabelas rasul, melainkan seorang Kristen berbangsa Yahudi yang
tidak dikenal. Akan tetapi kita dapat mengatakan, bahwa pengarang Injil Matius
itu seorang yang mempunyai karunia Roh Kudus. Hanya karena karunia Roh itu ia
dapat melaksanakan karangan yang demikian penting untuk segenap gereja Kristus”
(Tafsiran Injil Matius, hal. 14).
Memang, dalam Injil disebutkan bahwa Matius pemungut cukai
termasuk ke dalam daftar 12 murid Yesus. Namun, Injil Matius bukanlah ditulis
oleh Matius murid Yesus, melainkan Matius yang lain lagi.
INJIL MARKUS. Gerard S. Sloyan menyimpulkan bahwa Injil
Markus ditulis pada tahun 65-70 M oleh seorang penulis yang bukan murid Yesus,
melainkan Markus murid Petrus dari Roma.
INJIL LUKAS. I. Suharyo Pr, doktor teologi universitas Urbaniana, Roma, mengakui bahwa penulis Injil Lukas bukan murid Yesus, melainkan seorang tabib temannya Paulus yang bernama Lukas. Pernyataan ini diakui oleh “Lukas adalah seorang yang beriman dari lingkungan kafir. Ia adalah kawan seperjalanan Paulus dan seorang yang bekerja sebagai tabib” (Pengantar Injil Sinoptik, hal. 111).
“Pengarang Injil Markus adalah murid Petrus dari Roma, yang
menyebutnya “Markus, anakku” (I Ptr 5:13)” (The Gospel of Saint Mark; edisi
Indonesia: Tafsir Injil Markus, hal. 9).
INJIL YOHANES. Prof Sri Wismoady Wahono, pendeta dari Gereja
Kristen Jawi Wetan yang juga dosen STT Jakarta, menyatakan bahwa penulis Injil
Yohanes bukan murid Yesus. Bahkan sampai kini penulis Injil ini masih
misterius, sebagaimana pengakuan:
“Dari semua keterangan yang terkumpul, semua ahli
menyimpulkan bahwa penulis kitab Injil Yohanes adalah seorang penatua dari
jemaat Efesus yang bernama Yohanes. Yohanes sang penatua ini bukanlah Yohanes
Pembabtis atau Yohanes salah seorang murid Yesus. Kitab Injil Yohanes ditulis
kira-kira pada tahun 100 Masehi, yaitu kira-kira 70 tahun setelah Yesus tidak
ada di dunia ini” (Di Sini Kutemukan, Petunjuk Mempelajari dan Mengajarkan
Alkitab, hal. 445).
0 Response to "Orang Buta Yang Merasa Lebih Mengenal Tuhan"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.