Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Men-Downgrade Tuhan


Apa persepsi pertama yang muncul dalam pikiran anda ketika saya menyebut kata “Tuhan”? tolong jangan dijawab, beri kesempatan pada saya untuk menebak isi pikiran anda. Jika saya tidak salah tebak, persepsi pertama yang muncul dalam pikiran anda adalah Tuhan itu maha suci, maha kuat, maha tinggi, maha kuasa, dan lain-lain, apa tebakan saya salah? Tidak…? Baik…sekarang coba sebutkan kata “Tuhan” pada seseorang yang sekarang berada di dekat anda dan tanyakan padanya persepsi untuk Tuhan yang muncul pertama dalam pikirannya? Saya rasa…jawaban tidak akan jauh berbeda dengan tebakan saya. Tetapi jika anda menduga, bahwa tebakan saya bisa sama dengan jawaban seseorang di dekat anda karena sama-sama memperoleh informasi tentang Tuhan di dalam agama, tentu anda salah! Tanpa agama pun, sebenarnya manusia dapat mengetahui dengan tepat bagaimana “sesuatu” yang disebut Tuhan itu harus memiliki karakter lebih dari pada manusia.


Keyakinan akan keberadaan Tuhan sebenarnya tumbuh besamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia yang bersifat spiritual. Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka menemukan “sesuatu” yang dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf perkembangan cara berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan. Persepsi manusia bahwa ada suatu kekuatan yang berada di luar dirinya telah mendorong seseorang yang merasa takut untuk mencari perlindungan, demi keselamatan dan kebahagian hidupnya. Ketika manusia merasa takut akibat adanya bencana alam, gempa bumi dan tsunami misalnya, mereka bersama-sama atau secara individu melakukan persembahan terhadap dewa laut, dewa alam, dewa bumi, dan sebagainya. Ketika masyarakat merasa takut terhadap angin taufan yang melanda perkampungannya, takut kepada api yang membakar hutan serta sawah ladangnya, mereka melakukan pemujaan terhadap dewa angin, dewa api dan dewa-dewa lainnya. jadi, sangat mungkin  bahwa rasa takut manusia manusia telah menumbuhkan keyakinan terhadap “sesuatu yang dianggap sakral”. Keyakinan terhadap “sesuatu” yang dianggap Tuhan itu, melahirkan konsekuensi peribadatan berbentuk ritual yang berdasarkan pada aturan-aturan yang ditentukan secara normatif. Namun demikian, masih dibutuhkan wahyu Tuhan untuk membimbing mereka kepada Tuhan yang sesungguhnya.

Persepsi akan Tuhan hasil pencarian manusia tersebut, ternyata sama sekali tidak bertentangan dengan kitab-kitab wahyu. Misalnya Taurat, Tuhan dalam Taurat dipersepsikan sebagai pribadi yang kudus, yang memerintahkan Musa untuk menanggalkan kasutnya ketika hendak menemuiNya (Keluaran 3:5) dan memiliki kediaman yang kudus (Keluaran 15:13). Taurat juga melukiskan betapa kuat dan kuasanya Tuhan hingga mampu membuat segala air yang ada di Mesir menjadi darah, memenuhi tanah mesir dengan katak, membuat debu menjadi nyamuk, mendatangkan Pikat, menulahi hewan-hewan ternak penduduk Mesir, membuat jelaga menjadi barah yang menyelimuti Mesir, menurunkan hujan es dengan sangat dahsyat, mendatangkan belalang dengan jumlah sangat banyak, mendatangkan gelap di tanah Israel, membunuh anak-anak sulung seluruh penduduk mesir dari anak sulung Firaun sampai dengan anak sulung budak perempun dan anak sulung segala ternak. Al-Qur’an ternyata juga tidak kurang mempersepsikan Tuhan sebagai pribadi yang maha suci, maha kuat, maha tinggi, maha kuasa. Kita dapat melihat dengan jelas betapa kuatnya Tuhan dengan membaca ayat-ayat yang mengisahkan umat-umat terdahulu yang di azab oleh Tuhan karena tidak bersedia beriman kepadaNya dan kepada utusanNya, seperti umat Nabi Nuh as yang Tuhan tenggelamkan dengan air bah, kaum Nabi Hud as (kaum ‘Aad) dimusnahkan Tuhan dengan ditiupkan angin hingga membuat rumah-rumah mereka hancur menjadi puing-puing, kaum Nabi Shaleh as (kaum Tsamud) yang dimusnahkan oleh Allah dengan petir yang sangat keras, kaum Nabu Luth yang di azab Allah dengan hujan batu, kaum Nabi Syu’aib as (Madyan) yang dimusnahkan oleh Allah dengan suara yang mengguntur. Di banyak ayat Allah juga menyatakan kesucian serta ketinggian diriNya.

Lalu bagaimana dengan kitab Injil Kristen? Apakah di dalamnya Tuhan juga dipersepsikan sebagai “sesuatu” yang maha suci, maha kuat, maha tinggi, maha kuasa?
Perlu anda ketahui, kitab Injil Kristen bukanlah kitab wahyu seperti yang kita kenal, kitab ini adalah kitab tulisan tangan manusia untuk mencatat perjalanan Yesus Kristus nabi Israel dalam mengajarkan Injil Allah. Injil Kristen bukan kitab yang dapat disamakan dengan kitab wahyu seperti kitab Musa atau Al-Qur’an yang Allah “turunkan” kepada Nabi-nabiNya. Tidak ada satupun perkataan Tuhan dalam Injil Kristen, namun demikian, kita masih dapat menemukan atau melihat (walaupun sedikit) kekuasaan Tuhan melalui mukjizat yang diberikanNya kepada Yesus Kristus. Mukjizat yang dilakukan Yesus Kristus sering disalah-artikan oleh umat Kristen dengan menjadikannya bukti ketuhanan Yesus Kristus. Padahal, orang-orang yang hidup semasa Yesus Kristus hidup tidak pernah menganggap mukjizat tersebut sebagai bukti ketuhanan Yesus. Fakta tersebut dapat kita temukan dengan mudah dalam Injil Kristen sendiri, yaitu Injil Matius 9:6-8 yang berbunyi:

Tetapi sekarang Aku akan membuktikan kepadamu bahwa di atas bumi ini Anak Manusia berkuasa untuk mengampuni dosa." Lalu Yesus berkata kepada orang lumpuh itu, "Bangun, angkat tikarmu dan pulanglah!"
7  Orang lumpuh itu pun bangun dan pulang ke rumahnya.
8  Waktu orang-orang melihat kejadian itu, mereka ketakutan dan memuji Allah, sebab Allah sudah memberikan kuasa yang begitu besar kepada manusia.

Dari ayat-ayat di atas dapat kita ketahui, bahwa menurut orang-orang yang hidup semasa Yesus Kristus hidup, Yesus Kristus bukanlah Tuhan melainkan manusia biasa yang diberikan oleh Tuhan kuasa berupa mukjizat. Keyakinan orang-orang kepada Yesus sebagai manusia biasa (bukan Tuhan) ini tidak berlangsung terlalu lama dan segera bergeser tersesat setelah terangkatnya Yesus ke langit. Orang yang sangat “berjasa” dalam menyesatkan umat Yesus adalah orang Yahudi mantan penganiaya pengikut Yesus yang bernama Saulus, yang bertobat setelah mendengar suara yang dia kira suara Yesus Kristus. Pada mulanya Paulus (nama Saulus setelah bertobat) mendatangi orang-orang non-Israel dan menyatakan bahwa dirinya adalah Rasul Yesus yang di utus khusus untuk orang non-Israel. Hal tersebut Paulus lakukan karena tahu orang non-Israel tentu lebih mudah disesatkan dari pada orang Israel yang memahami hukum Taurat.  Paulus berharap, dengan tersesatnya orang non-Israel maka dengan perlahan orang Israel akan tersesat pula. Paulus bukan hanya mengajarkan untuk meninggalkan hukum Taurat, lebih dari itu, dia juga datang untuk “men-downgrade” Tuhan yang dikenal oleh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama sebagai sosok yang maha suci, maha kuat, maha tinggi, maha kuasa, maha mengetahui, dan lain sebagainya, menjadi sosok manusia (Yesus Kristus) yang penuh keterbatasan. Melalui ajaran Inkarnasi (1 Timotius 3:16) Paulus tanpa rasa takut telah “melucuti” keagungan Tuhan dengan segala kesempurnaan sifatNya menjadi manusia yang hina-dina. Bagaimana tidak? Tuhan yang sebelumnya mampu menghukum Fir’aun atau memusnahkan umat-umat yang membangkang tidak mau tunduk kepadaNya, menjadi tuhan yang lemah, hina dan tak berdaya yang dapat dengan mudahnya dihina, disiksa, sampai mati terkutuk dikayu salib. Agar ajaran sesat tersebut sukses tersebar tanpa ada rasa curiga pengikutnya, Paulus membungkus ajaran sesatnya tersebut dengan sebuah dogma bahwa kematian Yesus Kristus dikayu salib adalah karena kehendak dan kemauannya sendiri untuk menghapuskan dosa (dosa asal) umat manusia. Pengikut Paulus pun memandang dogma penebusan dosa itu baik dan mengikutinya.

Penyesatan tersebut ternyata sangat sukses menyebar ke berbagai negara, dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, sampai generasi kita hidup sekarang ini. Kesuksesan tersebut, tidak terlepas dari akal cerdik Paulus dalam menyamarkan penghujatan dirinya kepada Tuhan dengan cara yang sangat halus. Sehingga, orang-orang yang tertipu Paulus tidak merasakan adanya kejanggalan. Cara Paulus tersebut yaitu dengan mengajarkan bahwa Yesus mati disalib dan bangkit karena mengorbankan dirinya untuk menebus dosa (asal) manusia. Orang-orang yang tertipu Paulus tentu saja girang, lupa diri dan makin dalam tersesat. orang Kristen di generasi kita hidup sekarang ini melanjutkan kesesatannya. Untuk membenarkan, mendukung dan menyebarkan dogma Inkarnasi, yang adalah konsep “tak senonoh” Paulus, orang Kristen dengan modal cekak bernama kuasa Tuhan, mengatakan bahwa Tuhan mampu dan kuasa menjadi apa saja yang Dia inginkan, termasuk jadi TAI sekalipun. Itulah perkataan mereka yang menjijikkan, bukannya bertobat dan mengembalikan martabat Tuhan yang dilucuti Paulus, mereka malah “men-downgrade” martabat Tuhan lebih rendah sekali lagi.

Saya heran, bagaimana mereka dapat berdoa, beribadah, memuji dan memuja Tuhan. Sementara Tuhan tempat mereka berdoa, beribadah, memuji, dan memuja adalah Tuhan yang telah di “downgrade” martabatnya, menjadi hina-dina, lemah, tak memiliki kuasa, yang bahkan suatu saat nanti martabatNya bisa jatuh tidak lebih rendah dari pada Tai. Saya tidak minta yang macam-macam pada anda, wahai Kristian. Saya Cuma minta pada anda untuk berfikir, itu saja, bukan untuk saya...tapi untuk anda sendiri. Saya tahu, manusia itu tempat salah dan dosa. Manusia yang baik bukanlah manusia yang hidup tanpa salah dan dosa, tetapi manusia yang baik itu adalah manusia yang apabila melakukan kesalahan dan dosa segera bertobat dan memperbaiki diri. Sekarang keputusan di tangan anda, mau bertobat dan memperbaiki diri mulai sekarang atau menunggu azab Tuhan yang pasti teramat sangat pedih???  

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Men-Downgrade Tuhan"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.