Kerja Rodi Dalam Ajaran Bibel
Dalam
posting kali ini, saya akan mempersembahkan (lagi) bukti kesesatan Bibel untuk
Anda. Satu hari saya membaca ayat Bibel yang berbunyi, “Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu
gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan
pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. (Ulangan 20:11)” Saya
kaget ketika pertama kali membaca. Sebelumnya saya mengira, kalau sebuah kota
menerima tawaran perdamaian, bangsa Israel tidak akan berbuat kejam kepada
penduduknya, ternyata dugaan saya tersebut salah besar. Untuk memperoleh
gambaran utuh tentang ayat yang saya permasalahkan di atas, ada baiknya saya
kutip beberapa ayat yang berhubungan;
Apabila engkau mendekati suatu kota untuk
berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya.
Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu gerbang
bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan
pekerjaan
rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. Tetapi apabila kota itu tidak mau
berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka
haruslah engkau mengepungnya; dan setelah TUHAN, Allah mu, menyerahkannya ke
dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang
laki-laki dengan mata pedang. Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang
ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri, dan
jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah mu,
boleh kau pergunakan (Ulangan 20:16).
Ayat-ayat
di atas adalah firman Tuhan kepada Musa tentang peraturan dalam peperangan.
Tuhan dalam Bibel mengharuskan Musa dan bangsa Israel yang akan melakukan
peperangan, untuk terlebih dahulu menawarkan perdamaian kepada pihak musuh.
Hanya ada dua pilihan dari tawaran perdamaian tersebut, yaitu menerima atau
menolaknya. Kedua pilihan tersebut memiliki konsekuensi yang sama-sama
pahitnya. Apabila pihak musuh menerima tawaran perdamaian bangsa Israel, maka
semua orang yang terdapat di daerah musuh, harus bersedia melakukan pekerjaan
rodi dan menjadi budak bangsa Israel. Tetapi apabila tawaran perdamaian bangsa
Israel di tolak dan memilih untuk melawan bangsa Israel, maka Tuhan dalam Bibel
memerintahkan Musa dan bangsa Israel untuk mengepung, membunuh seluruh penduduk
laki-laki, menjadikan perempuan, anak-anak, hewan serta harta yang ada dalam
daerah musuh sebagai jarahan.
Demikianlah
ketentuan perang dalam Bibel yang terlihat tidak adil. Tidak adil
karena musuh yang telah menerima tawaran perdamaian, sudah seharusnya tidak di
aniaya, dijadikan pekerja rodi, atau dijadikan Budak. Bibel sama
sekali tidak memberikan pilihan bagi musuh untuk menerima perdamaian dan memberikan perlawanan terhadap
bangsa Israel, ataukah memang itu yang dikehendaki?
Saya
pernah menjadikan masalah di atas sebagai topik diskusi dalam facebook. Salah
seorang teman Kristen menjawab kiriman saya bahwa, “Taurat dan Qur'an sama mas.
Yang kalah jadi budak. Perjanjian baru menyempurnakan semuanya. Ini yang
dimaksud Yesus dengan meletakkan anggur baru harus dalam wadah yang baru” “Dan
jangan dibayangkan rodinya Israel seperti gambar itu. Kalau itu sih rodi ala
Jepang”.
Saya jawab: “jangan lari ke kalah perang dan jadi budak
dulu, perhatikan ulangan 20:11 dan ayat sebelumnya. Musa di perintah Tuhan
untuk menawarkan perdamaian SEBELUM BERPERANG. Setelah menerima perdamaian
Tuhan memerintahkan agar warga kota tersebut dijadikan pekerja rodi, jadi salah
kalau kamu bilang kota tersebut kalah perang, kota tersebut MENERIMA PERDAMAIAN
bukan KALAH PERANG. Kalau sebuah kota sudah menerima perdamaian, apakah pantas
Tuhan memerintahkan Musa untuk menjadikan warganya sebagai pekerja rodi? ya gak
pantas bro!
Kristen yang sama berkomentar: “Saya sudah bilang rodinya
itu seperti apa apakah anda tahu???” “Menerima perdamaian itu maksudnya
menyerah tapi tanpa pertumpahan darah. Itu sama saja menjadi pihak yang kalah
bro bileam.”
Saya jawab seperti ini: “Jika memang kamu yakin rodinya
Israel tidak sama dengan rodi yang terjadi di Indonesia, mengapa tidak kamu
tunjukkan saja letak perbedaannya dengan bukti tentu, karena yang namanya rodi
ya sama saja.
Saya kutip ayatnya lengkap biar kamu tahu;
Ulangan 20:10 Apabila engkau mendekati suatu kota untuk
berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya.
Ulangan 20:11 Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian
itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat
di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu.
Ulangan 20:12 Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai
dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah
engkau mengepungnya;
Ulangan 20:13 dan setelah TUHAN, Allah mu, menyerahkannya ke
dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang
laki-laki dengan mata pedang.
Ulangan 20:14 Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala
yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri,
dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah mu,
boleh kau pergunakan.
Ulangan 20:15 Demikianlah harus kaulakukan terhadap segala
kota yang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota
bangsa-bangsa di sini.
Ulangan 20:16 Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang
diberikan TUHAN, Allah mu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah
kaubiarkan hidup apapun yang bernafas,
=============
Ulangan 20:10, terdapat keharusan menawarkan perdamaian pada
kota yang akan ditaklukkan
Opsi perdamaian hanya ada dua, yaitu menerima atau
menolak...
Ulangan 20:11, adalah opsi apabila tawaran perdamaian
diterima dengan konsekuensi akan dijadikan pekerja rodi
sedangkan...
Ulangan 20:12, adalah opsi apabila tawaran perdamaian
ditolak yang artinya ingin berperang dengan konsekuensi akan diperangi oleh
bangsa Israel, imbas dari perang dapat dilihat pada ayat-ayat sesudahnya.
Jika kamu baca dan pahami penjelasan saya, maka kamu akan
tahu, bahwa rodi adalah konsekuensi apabila menerima tawaran perdamaian dari
Israel. Sedangkan diperanginya warga kota oleh bangsa Israel adalah konsekuensi
apabila menolak tawaran perdamaian.
Tawaran perdamaian yang keluar dari pihak yang kalah perang
atau akan diserang memang bisa dipahami sebagai kekalahan. Tetapi jika tawaran
perdamaian keluar dari pihak yang akan menyerang itu artinya perdamaian dalam
pengertian sesungguhnya. Dalam kasus yang kita bahas sekarang ini, pihak Israel
sebagai penyerang yang justru menawarkan perdamaian , jadi di sini tidak
ada/belum ada yang kalah perang karena perang belum terjadi.
Jawaban Kristen selanjutnya benar-benar membuat saya
terkejut, dia menulis komentar: “Kepanjangan bro komentarmu. Malas bacanya.” (padahal
Kristen ini mengaku alumni Universitas Kristen Petra, lho...)
Sebagai komentar terakhir untuk dia, saya menulis: “itu sih
cuma alasan kamu saja, memang berat mengakui keunggulan lawan debat, saya
mengerti. Bukan kamu saja kok yang beralasan komentar kepanjangan untuk
menutupi ketidakmampuan diri memberikan tanggapan terhadap argumentasi lawan
debat, lihat foto dibawah.”
Oleh
karena tidak ada atau belum ada seorang Kristen yang dapat menjelaskan dengan logis
alasan yang dapat diterima. Bagaimana Tuhan dapat memerintahkan atau
mengajarkan bangsa Israel untuk berlaku licik dan keji kepada bangsa lain, maka
cukuplah dapat disimpulkan, bahwa Tuhan dalam Bibel memang licik dan keji, menjadikan
bangsa lain yang sudah berdamai dengan bangsa Israel sebagai kerja rodi. Dari sini
pun kita mengetahui, perlakuan kejam dan biadab seorang gubernur Jenderal
Belanda Herman Willem Daendels, yang di tahun 1807 memberlakukan sistem kerja
paksa atau kerja rodi kepada rakyat pribumi, dipandang dari sudut pandang
ajaran agama Kristen sudah sangat tepat. Jenderal Belanda Herman Willem
Daendels hanya menjalankan perintah dari Tuhan dalam Bibel, segala kerugian,
penderitaan serta jatuhnya korban jiwa yang sangat banyak, itu semua adalah tanggung
jawab Tuhan dalam Bibel, Jenderal Belanda Herman Willem Daendels hanyalah
korban dari kesesatan ajaran Tuhan dalam Bibel.
Sebagai
penutup, saya akan memberikan penjelasan bagaimana agama Islam mengajarkan
untuk lurus mengikuti perjanjian damai yang telah dibuat dengan orang-orang
Musyrik, sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman yang artinya;
Bagaimana
bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang
musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan
mereka) di dekat Masjidil haram (Al-Hudaibiyah)? maka selama mereka berlaku
lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (At Taubah: 7)
kecuali
orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan
kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu
sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya.
Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap
kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan
tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak
memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka. (An Nisaa': 90)
Bahkan
Nabi Muhammad SAW mengancam umatnya yang membunuh orang-orang kafir mu’ahid (orang
kafir yang telah mengikat perjanjian) dengan ancaman tidak akan masuk surga,
sebagaimana hadis-hadits sahih dibawah ini;
Telah
menceritakan kepada kami Qais bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Abdul
Wahid telah menceritakan kepada kami Al Hasan telah menceritakan kepada kami
Mujahid dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Siapa yang membunuh orang kafir yang telah mengikat perjanjian (mu'ahid)
dengan pemerintahan muslimin, ia tak dapat mencium harum surga, padahal harum
surga dapat dicium dari jarak empat puluh tahun." (Bukhari: 6403)
Telah
menceritakan kepada kami Isma'il bin Muhammad -yaitu Abu Ibrahim Al Mu`aqqob
telah menceritakan kepada kami Marwan telah menceritakan kepada kami Al Hasan
bin 'Amru Al Fuqaimi telah menceritakan kepada kami Mujahid dari Junadah bin
Abu Umayyah dari Abdullah bin 'Amru dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa Salam bersabda: "Barangsiapa membunuh ahli dzimmah (orang kafir yang
berada dalam perlindungan pemerintahan Islam) maka ia tidak akan mencium bau
wanginya surga, padahal bau wanginya tersebut dapat tercium dari jarak empat
puluh tahun perjalanan." (Ahmad: 6457)
Telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah dari Al Hasan bin Amru dari Mujahid dari Abdullah bin Amru berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membunuh
seorang kafir mu'ahad, maka ia tidak dapat mencium aroma surga. Dan
sesungguhnya aroma surga dapat dirasakan dari jarak per jalanan selama empat
puluh tahun." (Ibnu Majah: 2676)
Demikianlah ajaran kerja rodi dalam Bibel dan sedikit perbandingannya dengan ajaran Islam. Sebagai
orang yang masih memiliki akal sehat, saya yakin Anda pasti dapat memberikan
penilaian yang tepat.
0 Response to "Kerja Rodi Dalam Ajaran Bibel"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.