Belajar Teologi dari Nabi Ibrahim
Setiap orang yang
ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan
yang ingin dicapainya, demikian pula dengan Allah SWT ketika menceritakan kisah
Nabi-nabi dalam Al-Qur’an. Tujuan Allah SWT menceritakan tentang para Nabi-Nya
dalam Al-Qur’an, adalah agar orang-orang beriman dapat mengambil pelajaran yang
terkandung di dalamnya. Salah satu Nabi Allah SWT yang dikisahkan dalam
Al-Qur’an adalah Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS termasuk di antara Nabi dan
Rasul Allah SWT yang mendapat gelar ulul ‘azmi. Beliau lahir dan hidup di
tengah-tengah masyarakat yang menyembah berhala, bahkan ayahnya sendiri yang
bernama Azaar, adalah seorang pembuat berhala sesembahan. Walaupun lahir dan hidup
di tengah-tengah kaum yang masih menyembah berhala, Ibrahim muda tidak pernah
terpengaruh dengan kesesatan kaumnya. Walaupun jika mau, Ibrahim muda bisa saja
lebih memilih untuk mengikuti keyakinan orang tua dan kaumnya tanpa mempertanyakan
segala bentuk penyembahan mereka terhadap berhala, menerima semua dogma turun-temurun
yang diwariskan orang tua dan kaumnya, seperti anak-anak muda seusianya. Namun
Ibrahim muda tidak melakukannya. Beliau lebih memilih untuk mempertanyakan
segala bentuk penyembahan yang dilakukan orang tua serta kaumnya.
Mencari Tuhan
Sebelum
di angkat menjadi Nabi, Ibrahim muda belum mengenal siapa Tuhan sesungguhnya,
tapi itu tidak dijadikannya alasan untuk tidak menggunakan akal sehatnya dan
menerima saja penyembahan berhala yang dilakukan ayah dan kaumnya sendiri.
Ibrahim muda mencari Tuhan yang benar dengan cara merenung dan berpikir. Pada
suatu malam, Ibrahim kagum akan bintang-bintang yang ada di langit. Ia
menganggap bahwa itu adalah Tuhan. Namun kemudian ia kecewa ternyata bulan
lebih besar dari pada bintang. Ia menganggap pula bahwa bulan adalah Tuhannya
yang sebenarnya. Namun ketika menjelang pagi Ibrahim terkejut karena bintang
dan rembulan yang semalam diyakini sebagai Tuhan ternyata lenyap dari
pandangan. Ibrahim pun kecewa lagi. Lalu muncul pula matahari yang bersinar
lebih terang dan besar. Ia menganggap bahwa matahari itulah Tuhannya. Sekali
lagi Ibrahim kecewa karena matahari juga hilang karena malam tiba. Bagi Ibrahim
muda yang mempunyai akal sehat, tidak mungkin Tuhan muncul-hilang, Tuhan
baginya harus selalu ada, selalu hidup untuk terus-menerus mengurus makhluknya.
Sampai pada akhirnya, Allah SWT berkenan memberikan Ibrahim muda petunjuk dan
tanda-tanda kebesaran-Nya.
Pelajaran Bagi umat Kristen
Kisah
bagaimana Nabi Ibrahim AS menemukan Tuhan di atas ternyata juga dapat
memberikan pelajaran bagi umat Kristen dalam menemukan Tuhan yang benar. Ibrahim
lahir dari orang tua pembuat dan penyembah berhala, serta hidup di
tengah-tengah kaum yang menjadi penyembah berhala pula. Melihat lingkungan di
mana Ibrahim hidup, siapa pun tidak akan menyangka bahwa salah seorang anak
penyembah berhala yang ada di sana akan di pilih oleh Allah SWT sebagai Nabi
dan Rasul-Nya. Tidak ada yang berbeda antara Ibrahim dengan anak-anak seusianya,
kecuali sikap kritis yang ada pada diri Ibrahim. Dalam pandangan Ibrahim, ayah
dan kaumnya telah salah dalam melakukan penyembahan. Berhala yang ayah dan
kaumnya sembah, bukanlah sesuatu yang dapat memberi manfaat dan mudarat. Benda
mati, lemah dan tak berdaya, bahkan sekedar untuk memenuhi “kebutuhannya”
sendiri. Di tambah lagi, berhala yang ayah dan kaumnya sembah adalah berhala
yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri. Ibrahim tahu bahwa apa yang di
sembah ayah dan kaumnya bukanlah Tuhan yang harus di sembah. Namun, siapakah
gerangan Tuhan sesungguhnya yang harus di sembah itu? Ibrahim juga belum tahu.
Tidak adanya informasi yang dapat di peroleh Ibrahim, baik ajaran atau pun
kitab-kitab para Nabi terdahulu, membuat Ibrahim harus menemukan sendiri Tuhan
yang harus di sembah.
Umat
Kristen yang cerdas adalah umat Kristen yang mau menggunakan akal sehatnya
sebagaimana Ibrahim. Kritis, itulah kunci Ibrahim menemukan Tuhan yang benar.
Umat Kristen siapa pun dia, pasti pernah mengalami suatu kegalauan atau
keragu-raguan berkenaan tentang sesuatu dalam agama yang harus di imani.
Kegalauan atau keragu-raguan tersebut bisa menjadi modal untuk mulai mencari
dan mencoba menemukan Tuhan yang benar. Kegalauan atau keragu-raguan akan
selalu muncul dalam hati kecil umat Kristen. Itu karena ajaran-ajaran dalam
Kristen sendiri yang sangat bertolak belakang dengan akal. Walaupun akal kemudian
dapat di paksa untuk meyakini kebenaran ajaran yang tidak mampu dibuktikan
kebenarannya oleh akal, akan tetapi hati akan selalu meronta, seolah ada
sesuatu yang salah dengan ajaran yang dengan paksa akal harus meyakininya. Ada
banyak ajaran Kristen yang kerap membuat hati umat Kristen selalu galau dan
ragu-ragu. Cara terbaik dalam mengatasi kegalauan dan keragu-raguan dalam hati,
bukanlah dengan cara menutup-nutupinya, tetapi dengan cara mencari sebab
mengapa hati merasa galau dan ragu-ragu terhadap ajaran-ajaran Kristen. Sebab
kegalauan dan keragu-raguan hati hanya dapat ditemukan dengan bersikap kritis.
Ibrahim
sangat yakin bahwa berhala-berhala buatan tersebut bukanlah Tuhan yang harus di
sembah. Itu karena, berhala-berhala tersebut tidak membawa manfaat dan mudarat,
benda mati, lemah dan tak berdaya, yang di buat oleh tangan-tangan
penyembahnya. Sebagaimana Ibrahim, umat Kristen seharusnya juga dapat berpikir
kritis, bukan hanya karena gereja menjamin masuk surga, kemudian umat Kristen
meninggalkan akal sehatnya. Yesus memang pernah (seolah-olah) membawa manfaat
seperti menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan ribuan
orang hanya dengan beberapa roti dan ikan goreng atau berbuat seolah-olah
membuat mudarat (Matius 21:19). Namun itu semua bukan berasal dari Yesus,
tetapi dari Allah. Yesus hanya jadi perantara Allah, Tuhannya Yesus (Kisah Para
Rasul 2:22). Yesus bukanlah Tuhan, karena mana mungkin Tuhan dapat mati (Matius
27:50, Markus 15:39, Lukas 23:46, Yohanes 19:33), Yesus juga lemah dan tak
berdaya sehingga dengan mudah ditangkap, di hina, di siksa dan dibunuh oleh
umatnya sendiri. Seperti berhala yang dibuat oleh tangan para penyembahnya,
demikian juga dengan Yesus yang dibuat oleh Tuhan. Yesus makhluk Tuhan yang
mengalami proses pembentukan dalam rahim wanita sampai dengan proses kelahiran
yang tidak berbeda dengan para penyembahnya. Tumbuh kembang Yesus juga tidak
berbeda dengan para penyembahnya, yaitu butuh makan, minum, tidur dan juga
harus buang air besar dan kecil. Umat Kristen sangat mungkin menganggap saya
hanya melihat Yesus dari sisi manusianya saja, sedangkan Yesus menurut teologi
Kristen adalah sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia. Tanggapan saya, dengan
alasan apa gereja menyebut Yesus sepenuhnya Tuhan? Bermukjizat!? Tidak,
mukjizat yang Yesus lakukan adalah berasal dari Allah, mukjizat itu pekerjaan
Allah, Yesus cuma perantara, dan ada banyak Nabi dalam Perjanjian Lama yang
bermukjizat, namun tak satu pun yang di anggap sepenuhnya Tuhan karena mukjizat
yang mereka lakukan. Ungkapan Yesus sepenuhnya Tuhan merupakan sepenuhnya omong
kosong gereja, Anda tidak akan memperoleh bukti apa pun yang dapat mendukung
ungkapan tersebut.
Jadi,
wahai umat Kristen, pergunakanlah akal sehat Anda , bersikaplah yang kritis, bangunlah,
carilah Tuhan yang benar. Bagi Anda yang semenjak kecil sudah biasa dicekoki
dengan berbagai dogma gereja yang menyimpang, tentu tidak akan merasa bahwa
Anda sekarang ini telah sepenuhnya menanggalkan akal sehat dengan menerima saja
segala dogma gereja. Memang apa sih susahnya menggunakan akal sehat? Bukankah
dalam menjalani hidup, Anda selalu mengedepankan akal sehat? Sekarang keputusan
sepenuhnya tergantung kepada Anda, mau menggunakan akal sehat dalam memandang
berbagai dogma gereja atau imani saja.
0 Response to "Belajar Teologi dari Nabi Ibrahim"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.