Kekuasaan Tuhan atau Bualan Matius?
Membaca kitab suci dan memahaminya dengan benar tidaklah mudah, apalagi
jika yang kita baca terasa sulit untuk dipahami. Ketika kita membaca, secara
otomatis akal akan mencoba memberikan pengertian tentang apa yang kita baca,
seberat apapun materi yang kita baca. Apabila akal tidak mampu memahami materi
yang kita baca, maka dengan sepontan pula kita mengatakan bahwa materi yang
kita baca tidak masuk akal. Namun karena kita telah meyakini materi yang kita
baca merupakan firman Tuhan, maka kita akan menyandarkan pengertiannya pada
kekuasaan Tuhan. Sebagai contoh, ketika kita membaca Bible dan menemukan Yesus
berjalan di atas air, menghidupkan orang mati, atau memberi makan empat ribu
atau lima ribu orang hanya dengan tujuh potong roti dan beberapa ikan, akal
yang tidak dapat memberikan pengertian atau menjawab bagaimana hal-hal itu bisa
terjadi, akan menyandarkan pengertiannya pada kekuasaan Tuhan sebagai wujud
dari keyakinan apa yang kita baca adalah firman Tuhan. Dengan kata lain, jika
kita meyakini bahwa perbuatan Yesus seperti di atas sebagai kekuasaan Tuhan,
maka secara tidak langsung kita telah mengakui hal-hal tersebut tidak masuk
akal.
Setelah anda membaca dan mengerti uraian singkat di atas, mari kita
pelajari ayat lain yang pengertiannya bisa dibilang cukup sulit juga, yaitu
Matius 2:9 yang berbunyi;
Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. (Matius 2:9)
Dalam periskop ayat di atas menjelaskan datangnya orang-orang Majus
bertanya-tanya mencari dan yang akan menyembah Yesus. Raja Herodes yang
mendengar hal itu mengumpulkan imam kepala dan ahli Taurat bangsa Israel, lalu
meminta keterangan pada mereka di mana Mesias dilahirkan. Herodes diberitahukan
Messias akan lahir di Betlehem di tanah Yudea. Setelah mengetahui hal tersebut,
Herodes diam-diam memanggil orang-orang Majus dan bertanya dimana bintang itu
tampak. Herodes menyuruh orang-orang Majus itu pergi ke Betlehem dan berpesan
agar memberitahukannya setelah menemukan Mesias yang mereka cari. Setelah
mendengar kata-kata Herodes, berangkatlah orang-orang Majus mencari Mesias.
Mereka melihat bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka, tiba
dan berhenti di atas tempat di mana anak itu berada. Dengan suka cita, masuklah
mereka ke rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria ibunya, kemudian sujud
menyembah.
Sekarang, mari kita biarkan terlebih dahulu akal dengan bebas memberikan
pengertian mengenai maksud Matius 2:9 di atas, tanpa melibatkan keyakinan (yang
mungkin ada) terhadap ayat yang akan kita bahas sebagai firman Tuhan.
Dari Matius 2:9 di atas ada dua hal yang mustahil bagi akal kita untuk
menerimanya;
Pertama; Bintang tiba dan berhenti tiba-tiba
Pergerakan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, dan Bintang dari
arah timur ke barat sesungguhnya adalah akibat dari rotasi bumi. Jika dalam
Matius dikatakan bahwa Bintang tiba dan berhenti di atas tempat Yesus berada,
tentu bukanlah Bintangnya yang berhenti, tapi buminya yang berhenti berotasi,
di tambah lagi dalam Matius 2:9 kita memperoleh kesan bahwa Bintang tersebut
berhenti secara tiba-tiba. Apakah anda tahu apa akibatnya apabila bumi berhenti
berotasi secara tiba-tiba? Sekarang bayangkan, jika sebuah benda seperti Bumi
yang memiliki kecepatan rotasi 1,674.4 km/jam di ekuator berhenti secara
tiba-tiba. Jika itu terjadi, maka semua benda yang tidak terikat dengan Bumi
akan terus berotasi dengan kecepatan yang sama dengan sebelumnya sebagai akibat
dari kekekalan momentum.
Seperti sebuah tabrakan maka ketika sebuah benda dipaksa berhenti bergerak
kita yang ada di dalamnya akan merasakan akibatnya. Akibatnya, bagi manusia di Bumi, akan terasa
seperti gempa bumi yang sangat dasyat yang menggoncang Bumi dengan tiba-tiba.
Dan karena di khatulistiwa kecepatan berputar Bumi itu 460 menit/detik, maka
ketika Bumi berhenti tiba-tiba kita akan terlempar jauh meskipun tidak sampai
lepas dari Bumi karena kecepatan lepas Bumi jauh lebih besar yakni 40000
km/jam. Semua yang ada di Bumi mulai terlempar ke samping dalam lintasan
roket. Bangunan akan runtuh, lautan akan
meluap dalam gelombang pasang yang besar dan akan ada angin atmosfer yang sangat
kencang menyapu permukaan.
Semakin jauh dari ekuator ke kutub maka kecepatan rotasi Bumi juga akan
melambat. Jadi, semakin kita berada jauh dari ekuator, kecepatannya juga akan
makin lambat. Dan kalau kita berada di kutub utara atau selatan maka kita
hampir tidak akan merasakan akibat dari berhentinya perputaran Bumi tersebut.
Jika dengan tiba-tiba rotasi bumi berhenti, saya yakin Yesus pun tidak mungkin
akan selamat.
Kedua; Bintang hanya berhenti di
atas tempat di mana Yesus tinggal
Selain menyatakan rotasi bumi berhenti secara tiba-tiba, Matius 2:9 juga
menyatakan bintang hanya berhenti di atas tempat di mana Yesus berada, hal
tersebut sangat mungkin terjadi jika seandainya Yesus adalah anak satu-satunya
yang tinggal di Betlehem dan sekitarnya. Tapi itu mustahil, karena Herodes pernah
memerintahkan membunuh anak-anak berumur dua tahun ke bawah yang tinggal di
Betlehem dan sekitarnya, yang itu berarti bukan hanya Yesus yang tinggal di
daerah Betlehem dan sekitarnya.
Topik sama dari Matius 2:9 sebenarnya sudah saya buat status di Facebook.
Secara umum dapat saya katakan teman-teman Kristen tidak dapat menjawab ,
mereka hanya bisa menyandarkan pengertiannya pada kekuasaan Tuhan (yang sama
artinya mengakui Matius 2:9 tidak masuk akal) dan menyarankan kepada saya agar
memahaminya secara metafisis, tanpa memberikan tafsiran metafisis Matius 2:9
yang dia maksud. Usaha pembelaan mereka sebenarnya tidak lebih hanya karena
mereka beranggapan Bible Perjanjian Baru (termasuk Matius 2:9 di dalamnya)
sebagai firman Tuhan, sehingga mereka lebih memilih bersandar pada kekuasaan
Tuhan karena akal mereka tidak mampu memahaminya. Keyakinan Kristen terhadap
Bible Perjanjian Baru yang mereka anggap firman Tuhan sebenarnya patut
dipertanyakan. Jika Tuhan yang mereka maksud adalah Yesus dan oleh karena itu
segala ucapan Yesus disebut firman Tuhan, maka Matius 2:9 bukanlah firman Tuhan
karena bukan perkataan Yesus. Di tambah lagi dalam Bible Perjanjian baru,
perkataan Yesus ternyata hanya 18% dari keseluruhan isi Bible Perjanjian Baru. Jika
Bible Perjanjian Baru disebut firman Tuhan karena diilhami oleh Roh kudus/Roh
Allah, yang berarti Allah sendiri, tetapi mengapa segala tulisan, ucapan, perbuatan,
atau pengalaman rohani bapa-bapa gereja, Pastur dan Suster/Biarawati yang sering mereka
diakui diilhami Roh Kudus/Roh Allah tidak juga disebut firman Allah?
Dogma Gereja yang menyebut pengarang-pengarang Bible Perjanjian Baru
sebagai orang-orang yang telah diilhami oleh Roh Kudus/Roh Allah dalam
mengarang Tulisan-tulisan mereka, tidak lain adalah usaha gereja agar orang-orang
Kristen mau menerima dan menganggap Bible Perjanjian Baru setara dengan Taurat
dan kitab Nabi-Nabi yang disebut Perjanjian Lama. Padahal tidak ada satupun pernyataan
Allah, Roh Kudus/Roh Allah yang menyatakan apa yang dikarang oleh Matius,
Markus, Lukas, dan Yohanes adalah ilham Allah, Roh Kudus/Roh Allah. Bahkan pengarang
Bible Perjanjian Baru seperti Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes sama sekali
tidak pernah menyatakan apa yang mereka karang berasal dari ilham Allah, Roh
Kudus/Roh Allah, sekalipun dalam kitab karangan mereka sendiri.
Kesimpulannya, Matius 2:9 bukanlah firman Tuhan atau tulisan yang diilhami
Allah, Roh Kudus/Roh Allah. Matius mengarang kisah berhentinya bintang di atas rumah
Yesus dari saksi yang tidak jelas siapa atau bahkan tanpa saksi satupun alias
membual. Matius dengan sengaja mengarang kisah tersebut untuk menarik banyak
orang Yahudi atau orang Yunani untuk percaya Yesus, tanpa memperhatikan kebenaran
kisah yang Matius Karang.
Pengarang PB emg doyan membual...biar para domba jadi terbuai ama bualan para pembual penulis PB
BalasHapus