Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Hati Nurani dan Akal Budi Seorang Kristen

Sunjoyo Gautama memberikan komentar yang sangat mengejutkan. Dia mengatakan bahwa konsep dalam agama pun harus ditimbang-timbang dulu berdasarkan hati nurani dan akal budi. Jangan karena merampas orang yang kalah perang diizinkan lalu dilakukan. Walaupun komentar tersebut ditujukan untuk mengkritisi halalnya rampasan perang dalam Islam. Namun terus terang saya sangat bersyukur karena melalui komentar tersebut saya dapat mengetahui pandangan sebenarnya umat Kristen terhadap Bibel, kitab yang mereka yakini sebagai firman Tuhan. Pernyataan polos Sunjoyo Gautama tersebut tentu bukan muncul karena ke tidak sengajaan semata, namun muncul lebih karena pandangan dirinya terhadap Bibel yang selama ini dia yakini kebenarannya.  Bukan hanya Sunjoyo Gautama, teman saya lainnya yang bernama Zeed, memberikan komentar hampir serupa. Di dalam sebuah diskusi, Zeed meminta saya untuk menilai kehalalan poligami dalam Islam hanya dengan menurut pendapat pribadi, bukan menurut Al-Qur’an dan Hadits.

Jadi betapa pun Bibel diyakini oleh orang-orang Kristen sebagai firman Tuhan, namun dalam relung hati terdalam, mereka tidak menganggap setiap kata yang ada dalam Bibel adalah kata-kata Tuhan. Bibel memang mereka anggap sebagai firman Tuhan, tapi firman Tuhan itu ditulis dalam gaya bahasa manusia, oleh manusia-manusia yang sejatinya tidak pernah lepas dari segala kesalahan. Mungkin untuk mengantisipasi kesalahan manusia dalam menulis firman Tuhan, orang-orang Kristen kemudian harus menggunakan hati nurani dan akal budi guna menimbang setiap ayat-ayat Bibel yang mereka baca. Bibel kemudian tidak lagi menjadi kitab suci yang sakral. Hati nurani dan akal budi mereka lah yang suci dan yang sakral melebihi ayat-ayat Bibel yang mereka yakini sebagai firman Tuhan. Penyebab lainnya seorang Kristen menggunakan hati nurani dan akal budinya untuk menimbang ayat-ayat dalam Bibel adalah karena isi Bibel sendiri yang tidak konsisten dalam menjelaskan hukum Tuhan. Misalnya dalam Amsal 6:32 tertulis demikian, “Siapa melakukan zinah tidak berakal budi; orang yang berbuat demikian merusak diri”. Namun kemudian kita temukan banyak tokoh-tokoh di Bibel justru melakukan perzinaan. Contohnya perzinaan tersebut di antaranya perzinaan Lot dengan dua anak gadisnya sendiri (Kejadian 19:30-36), perzinaan Ruben dengan ibunya sendiri (Kejadian 35:22), perzinaan Yehuda dengan menantu perempuannya sendiri (Kejadian 38:15-30), perzinaan Amnon dengan adik perempuannya sendiri (2 Samuel 13:5-14), perzinaan Absolom dengan 10 perempuan yang tidak lain ibunya sendiri (2 Samuel 16:21-23). Para pelaku perzinaan tersebut tidak mendapat teguran atau pun hukuman dari Tuhan, seolah membiarkan atau setuju dengan terjadinya perzinaan. Bahkan di antara anak-anak yang lahir dari perzinaan tersebut tumbuh menjadi kaum yang dilindungi Tuhan (bani Moab dan bani Amon) atau menjadi nenek moyang Yesus.

Selain persoalan tidak konsistennya hukum Tuhan dalam Bibel, ada banyak ayat-ayat yang ternyata bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan. Misalnya kisah seorang Yakub yang membuat anak kambing domba miliknya bercoreng-coreng dan berbelang-belang dengan dahan pohon yang dikupas yang diletakkannya  di dalam palungan agar dilihat oleh induk kambing domba yang berkelamin. Hal itu bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa sifat makhluk hidup (termasuk kambing domba milik Yakub) diturunkan dari induknya, bukan karena sesuatu yang dilihat induknya saat berkelamin (baca di sini). Atau anda dapat membaca kisah bagaimana orang-orang Majus mencari Mesias. Mereka melihat bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka, tiba dan berhenti di atas tempat di mana anak itu berada. Dengan suka cita, masuklah mereka ke rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria ibunya, kemudian sujud menyembah. Kisah ini tidak masuk akal, baca uraian saya di sini. Jika masih kurang puas, anda dapat membaca sendiri  Hakim-Hakim 15:4-5, yang menceritakan kisah Simson yang menangkap tiga ratus ekor anjing hutan. Mengikat ekor tiap dua anjing hutan kemudian meletakkan obor pada ekor tersebut tanpa membuat anjing-anjing hutan itu meronta berusaha melepaskan diri.


Pandangan kaum kafir Kristen pemuja Yesus yang meletakkan hati nurani dan akal budi di atas firman Tuhan tersebut, membuat mereka selalu beranggapan segala hal yang ada dalam Islam adalah salah. Walaupun sebagian besar yang mereka permasalahkan dalam Islam ada juga dalam Bibel, misalnya masalah peperangan, rampasan perang, perbudakan, poligami, kiblat dll. Semuanya ada dalam Bibel, tidak ada larangan atau pun celaan bagi mereka yang melakukannya. Itulah sebabnya, segala kritik yang mereka lemparkan kepada Islam seolah berbalik menyerang mereka sendiri. Bagi seorang Muslim yang tahu benar isi Bibel tentu tidak akan merasa kesulitan dalam menjawab segala kritik, bahkan mungkin diuntungkan. Tapi bagi seorang kafir Kristen pemuja Yesus tentu akan kesulitan untuk menanggapi jawaban yang diberikan oleh seorang Muslim. Oleh karenanya, sebelum mengkritik, ada baiknya para kafir Kristen pemuja Yesus terlebih dahulu melihat untuk memastikan, apakah bahan kritikan mereka terhadap Islam tidak akan menjadi senjata makan tuan karena Bibel sendiri tidak pernah mempermasalahkannya. Ingat! Walaupun kalian para kafir Kristen pemuja Yesus menganggap hati nurani dan akal budi di atas ketentuan, ketetapan dan hukum-hukum yang ada di dalam Bibel, tapi ayat-ayat Bibel tetap kalian percayai sebagai firman-firman Tuhan.

Subscribe to receive free email updates:

6 Responses to "Hati Nurani dan Akal Budi Seorang Kristen"

  1. Yang nulis artikel diatas telah melakukan pembodohan terhadap dirinya sendiri. Dia tidak tahu bahwa orang Kristen sangat mengandalkan Roh Kudus untuk membimbing seluruh hidupnya. Lagipula, Injil itu ada Perjanjian Lama dan Baru. Orang Kristen lebih menekankan pada Perjanjian Baru, bukan yang Lama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo lbih menekankan pd perjanjian baru, bwt apa perjanjian lama ada di buku bible. Knp ngk dibuang aja jauh2x. Apa krn ada nubuat2xan yesus. Tpi menurut sy itu nubuat2xan cocok di cocokin... yg ada malah lbih memperlihatkan sifat kemanusiawian pengarang perjanjian baru. Krn sngt jelas sekali pengarang perjanjjan baru hnya asal mengutib kata2x yg ada di perjanjian lama yg sama sekali tdk ada hubungannya dhn yesus. Justru pd kitab perjanjian lama justru membongkar semua kebohongan ajaran di perjanjian baru krn bnyaknya pertentangan.

      Hapus
    2. Ni Lagi nga ngerti iman Kristen komentar, jadinya nga ada mutunya, tidak ada istilah, nubuat2xan cocok di cocokin... emang bisa di cocok-cocokin itu beda waktunya ribuan taon loh, yang nulis PL udah meninggal, beda budaya, beda latar belakang penulis, sungguh anda cuman OMDO, TONG KOSONG NYARING BUNYINYA

      Hapus
  2. Aku mencintai Tuhan, karena itu aku berpikir, dan aku berpikir, karena itu aku mencintai Tuhan. Aku berpikir, dan mencintai Tuhan, karena itulah aku ada.

    BalasHapus
  3. Alkitab itu menulis jujur apa adanya, Raja Daud yang berzinahpun di tulis tidak di tutup-tutupi, dosa adalah dosa, hukumnya jelas Jangan Berzinah, tetapi manusia karena kebebalan dosanya tetap mlanggar dan pasti Allah akan menghukumnya, itu konsisten. Sekali lagi jangan menilai iman Kristen dengan pemahaman agama Islam, dasarnya berbeda, hasilnya tentu konyol dan kacau balau, yang mau belajar iman Kristen belajarlah dari sumber-sumber yang sahih, jadi jelas pemahamannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuhan tidak pernah menghukum Daud atas dosanya menzinahi istri orang. Jadi benar kalau saya bilang Bibel sendiri konsisten dalam menjelaskan hukum Tuhan.

      Hapus

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.