Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Menjawab Apologi Kristen (4): Bukankah Allah Dapat Mengampuni Saja?

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel dari sebuah situs Kristen yang berjudul; Bukankah Allah Dapat Mengampuni Saja? Di dalamnya, seorang kafir Kristen pemuja Yesus yang menjadi member situs tersebut memberikan berbagai penjelasan logis yang mungkin di anggap dapat diterima oleh akal, untuk menjawab sebuah pertanyaan yang muncul seputar penebusan dosa oleh Yesus. Kafir Kristen pemuja Yesus menyatakan bahwa Allah yang Maha Kuasa memang berkuasa mengampuni kita di setiap waktu, namun dosa kita tidak bisa diampuni begitu saja karena Allah juga Adil, dan konsekwen dengan hukum‐pokok keadilan-Nya adalah Dia harus menghukum setiap dosa yang kita perbuat.  Di satu pihak Allah itu Maha Kasih, mau dan bisa mengampuni. Tetapi di lain pihak Allah itu Maha Adil, apabila hanya sekadar “melupakan” atau “membiarkan” kesalahan seseorang tanpa mempertanggung‐jawabkannya dengan suatu harga, yaitu yang disebut penebusan. Jadi menurut kafir Kristen pemuja Yesus, Tuhan itu Maha Kuasa untuk mengampuni, namun Kuasa-Nya itu tidak cukup bagi Tuhan untuk sekedar melupakan atau membiarkan kesalahan seseorang tanpa balasan.

Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Anda bertanya, mengapa ada harga yang terlibat? Ya, pemahaman kita atas Azaz Pengampunan cenderung larut menurut arti populer saja, bukan arti murninya. Untuk mencernakannya kembali, kini pikirkanlah ada seorang anak Anda yang berbuat dosa terhadap Anda, misalnya ia memberontak dan membakar tas kantor Anda. Anda pun marah. Mengapa? Karena anda merasa dirugikan oleh perbuatan tersebut. Akhirnya sang anak sadar akan perbuatan kesalahannya dan minta pengampunan, dan anda rela mengampuninya. Ketika anda rela mengampuninya, itu IDENTIK dengan anda rela menyedot dan membayar harga kerugian yang tadinya anda rasakan, yaitu kerugian moril maupun materiil. Anda mengampuninya dengan jalan menebus harga tersebut! Jadi, dalam setiap pengampunan ada harga yang harus dibayar, yang menuntut suatu penebusan! Kini, karena sudah ditetapkan Allah sendiri bahwa setiap pelaku dosa harus dihukum mati dalam kekekalan (dengan istilah “upah dosa adalah maut”, Kejadian 2:17, Roma 6:23), maka manusia tidak mungkin bisa membayar harga sebesar itu dengan usaha amal‐ibadah atau cara apapun. Itu sama halnya dengan hukuman mati di pengadilan yang tak bisa dilunaskan dengan jasa apapun yang pernah dibuat oleh si terhukum! Diperlukan pertolongan dan kekuatan dari luar sebagai penyelamat atau penebus. Dicontohkan satu kasus tebusan sebagai berikut :

Ada cerita tentang seorang wanita muda yang tertangkap di diskotik ketika sedang diadakan razia narkoba oleh aparat negara. Ia dihadapkan ke meja‐hijau. Jaksa penuntut membacakan dakwaan dan tuntutan. Maka, sang Hakim‐pun bertanya kepada si tertuduh : “Anda bersalah atau tidak bersalah?” Gadis tersebut mengaku bersalah, minta ampun dan ingin bertobat. Namun sang Hakim yang adil itu tetap mengetuk palunya mendenda Rp. 10,000,000.‐‐ atau penjara 3 bulan. Tiba‐tiba terjadi hal yang mengagetkan semua orang dalam sidang tersebut. Sang Hakim turun dari kursinya sambil membuka jubahnya. Ia segera menuju kursi si terhukum, mengeluarkan uang 10juta dari tasnya untuk membayar denda si gadis. Mengapa? Ternyata sang hakim tersebut adalah bapak dari si gadis. Walau bagaimanapun cinta yang bapak kepada anak‐gadisnya, ia tetaplah Hakim yang adil dan tidak bisa berkata : “Aku mengampuni kamu, karena kamu menyesal dan bertobat”. Atau mengatakan : “Karena cintaku kepadamu, maka Aku mengampuni kesalahanmu”. Hukum keadilan tidak memungkinkan sang Hakim mengampuni dosa anaknya dengan sesukanya “tanpa prosedur harga”. Maka ia yang begitu mengasihi anaknya bersedia turun dari kursi dan menanggalkan jubah kehakimannya, lalu menjadi wali untuk membayar harga denda. Inilah jalan satu‐satunya bagi seorang hakim yang adil untuk memberi pengampunan bagi seorang terhukum yang dikasihinya.

Dan inilah analogi untuk Yesus Kristus yang menanggalkan jubah keilahian-Nya dan turun ke dunia menjadi manusia demi untuk membayar harga MAUT di kayu salib, yang tidak sanggup dibayar oleh si pendosa sendiri yang sudah terhukum mati. Yesus telah mengatakannya secara lurus, tanpa usah tafsiran, bahwa ‘Anak Manusia (Yesus) datang untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan (nyawa) bagi banyak orang’ (Markus 10:45). Maka hak‐qisas (hukum pembalasan yang setimpal) terhadap hutang nyawa, kini dipenuhi dalam kematian Yesus bagi manusia : “nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan… luka ganti luka, bengkak ganti bengkak” (Keluaran 21:24). Demi menebus kematian Anda dan saya!.

Jawaban Saya: Untuk mendukung keyakinan mereka tentang perlunya seorang berdosa menyediakan tebusan, bukan hanya dengan taubat dan amal saleh, kafir Kristen pemuja Yesus membuat analogi seorang anak yang berdosa kepada bapaknya dengan memberontak dan membakar tas kantor bapaknya. Karena merasa DIRUGIKAN, si bapak pun marah dengan perbuatan anaknya. Si anak menyadari akan kesalahannya dan memohon pengampunan, dan si bapak rela mengampuni anaknya. Ketika si anak menerima pengampunan dari bapaknya, kafir Kristen pemuja Yesus menyebut itu IDENTIK dengan kerelaan si anak untuk membayar harga kerugian yang tadinya dirasakan bapak si anak. Analogi tersebut sekilas masuk akal dan dapat di terima, namun sama sekali tidak tepat jika hubungan bapak dan anaknya yang berdosa dalam analogi tersebut, disamakan dengan hubungan Tuhan dan manusia yang berdosa. Dalam analogi tersebut si bapak marah karena merasa DIRUGIKAN karena tas kantornya di bakar oleh anaknya, sedangkan ketika manusia berdosa kepada Tuhan, apakah Tuhan juga DIRUGIKAN dengan perbuatan dosa manusia?! Tentu saja TIDAK! Walaupun seluruh manusia berdosa kepada Tuhan, Tuhan TIDAK akan pernah DIRUGIKAN dengan perbuatan dosa manusia. Karena Tuhan TIDAK DIRUGIKAN, maka tidak ada alasan bagi Tuhan untuk MENUNTUT manusia yang berdosa untuk membayar harga kerugian. Jika anda menganggap Tuhan DIRUGIKAN dengan perbuatan dosa manusia, dalam hal apa Tuhan harus merasa DIRUGIKAN?

Analogi lainnya yang dibuat kafir Kristen pemuja Yesus adalah seorang wanita yang ditangkap karena kedapatan menggunakan narkoba. Di depan persidangan, si wanita mengaku bersalah dan ingin bertaubat. Namun hakim yang adil itu tetap mengetuk palunya mendenda Rp. 10,000,000 atau penjara 3 bulan. Tiba-tiba hakim turun dari kursinya sambil membuka jubahnya, menuju kursi terhukum mengeluarkan uang 10 juta dari tasnya untuk membayar denda si gadis. Mengapa? Ternyata sang hakim tersebut adalah bapak dari si gadis. Analogi ini juga sangat tidak tepat. Si wanita yang dalam analogi tersebut diharuskan membayar denda 10 juta, disamakan oleh kafir pemuja Yesus dengan upah dosa (maut) yang harus dibayar oleh orang yang berdosa. Menyamakan denda 10 juta dengan hukuman maut (mati) sebagai  upah orang berdosa adalah sangat tidak tepat, karena hukuman tersebut sama sekali tidak sebanding. Jika kafir Kristen pemuja Yesus ingin membuat analogi yang tepat, harusnya si wanita tidak cukup di hukum dengan denda 10 juta atau penjara 3 bulan. Agar sesuai dengan doktrin penebusan dosa, si wanita harusnya di hukum dengan hukuman MATI. Hakim yang penuh kasih kemudian turun dari kursinya menuju kursi terhukum. Memanggil dan menyerahkan anak tunggal yang dikasihinya untuk di hukum MATI sebagai pengganti si wanita yang harusnya di hukum MATI.


Melalui analogi, kafir Kristen pemuja Yesus ingin menjelaskan doktrin penebusan dosa agar mudah dipahami. Karena analogi yang dibuat sangat tidak tepat, penjelasan penebusan dosa yang di harap jadi lebih mudah dipahami justru terkesan dibuat hanya sebagai upaya pembenaran doktrin sesat mereka saja. Allah yang di sebut oleh kafir Kristen pemuja Yesus sebagai Tuhan yang tidak akan melupakan atau membiarkan kesalahan seseorang tanpa balasan, bertentangan dengan ucapan Yesus sendiri ketika mengajarkan pengampunan (Markus 11:25-26, Lukas 6:37). Kafir Kristen pemuja Yesus menganggap Allah yang maha adil harus menghukum perbuatan dosa kita, walaupun kita sudah bertaubat dan memohon ampun. Mereka menganggap Allah tidak adil jika hanya mengampuni dosa tanpa memberi hukuman. Padahal dengan menjadikan Yesus sebagai penebus dosa, Allah justru terlihat tidak memiliki kasih karena tega mengorbankan anak-Nya sendiri. Selain itu Allah juga tidak adil karena menanggungkan dosa semua manusia kepada hanya satu orang anak-Nya. Dan orang-orang yang benar-benar mencintai Yesus adalah orang-orang yang tidak menjadikan Yesus sebagai penebus dosa.   

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Menjawab Apologi Kristen (4): Bukankah Allah Dapat Mengampuni Saja?"

  1. yehezkiel18:9 hidup menurut ketetapanku dan tetap mengikuti peraturanku dgn berlaku setia adalah orng benar, dan pasti hidup. Demikian firman Tuhan Allah... Yehezkiel 18:21 ttpi jikalau orng fasik bertobat dri segala dosa yg dilakukannya dan berpegang teguh pd segala ketetapanku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tdk akan mati. Yehez 18:22 segala durhaka yg dibuatnya tdk akan diingat2x lg trhadap dia, ia akan hidup karena kebenaran yg dilakukannya.... zakaria 1:6 baca di bible... bukti bhw Tuhan sama sekali tidak meminta dan membutuhkan tebusan, apalagi konsep yesus sebagai penebus dosa manusia kpd Tuhan. Konsep penebusan dosa adalah omong kosong. Klo dibaca yesaya pasal 53 yg dianggap orng kristen sbg menggambarkan diri yesus yg rela berkorban, yesaya 53 bukan membicarakan Yesus.

    BalasHapus
  2. Ya pak kiyai, kalo semua harus logis gimana nasib kristen? Maksudnya untuk meluruskan yahudi malah hal paling dasar jadi bengkok. Dan mereka bangga dengan itu. Celakalah para pendusta yang merumuskan pilar2 agama seperti merumuskan teka teki.

    BalasHapus

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.