Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Belajar Teologi dari Nabi Ibrahim

Setiap orang yang ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya, demikian pula dengan Allah SWT ketika menceritakan kisah Nabi-nabi dalam Al-Qur’an. Tujuan Allah SWT menceritakan tentang para Nabi-Nya dalam Al-Qur’an, adalah agar orang-orang beriman dapat mengambil pelajaran yang terkandung di dalamnya. Salah satu Nabi Allah SWT yang dikisahkan dalam Al-Qur’an adalah Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS termasuk di antara Nabi dan Rasul Allah SWT yang mendapat gelar ulul ‘azmi. Beliau lahir dan hidup di tengah-tengah masyarakat yang menyembah berhala, bahkan ayahnya sendiri yang bernama Azaar, adalah seorang pembuat berhala sesembahan. Walaupun lahir dan hidup di tengah-tengah kaum yang masih menyembah berhala, Ibrahim muda tidak pernah terpengaruh dengan kesesatan kaumnya. Walaupun jika mau, Ibrahim muda bisa saja lebih memilih untuk mengikuti keyakinan orang tua dan kaumnya tanpa mempertanyakan segala bentuk penyembahan mereka terhadap berhala, menerima semua dogma turun-temurun yang diwariskan orang tua dan kaumnya, seperti anak-anak muda seusianya. Namun Ibrahim muda tidak melakukannya. Beliau lebih memilih untuk mempertanyakan segala bentuk penyembahan yang dilakukan orang tua serta kaumnya.


Mencari Tuhan

Sebelum di angkat menjadi Nabi, Ibrahim muda belum mengenal siapa Tuhan sesungguhnya, tapi itu tidak dijadikannya alasan untuk tidak menggunakan akal sehatnya dan menerima saja penyembahan berhala yang dilakukan ayah dan kaumnya sendiri. Ibrahim muda mencari Tuhan yang benar dengan cara merenung dan berpikir. Pada suatu malam, Ibrahim kagum akan bintang-bintang yang ada di langit. Ia menganggap bahwa itu adalah Tuhan. Namun kemudian ia kecewa ternyata bulan lebih besar dari pada bintang. Ia menganggap pula bahwa bulan adalah Tuhannya yang sebenarnya. Namun ketika menjelang pagi Ibrahim terkejut karena bintang dan rembulan yang semalam diyakini sebagai Tuhan ternyata lenyap dari pandangan. Ibrahim pun kecewa lagi. Lalu muncul pula matahari yang bersinar lebih terang dan besar. Ia menganggap bahwa matahari itulah Tuhannya. Sekali lagi Ibrahim kecewa karena matahari juga hilang karena malam tiba. Bagi Ibrahim muda yang mempunyai akal sehat, tidak mungkin Tuhan muncul-hilang, Tuhan baginya harus selalu ada, selalu hidup untuk terus-menerus mengurus makhluknya. Sampai pada akhirnya, Allah SWT berkenan memberikan Ibrahim muda petunjuk dan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Pelajaran Bagi umat Kristen

Kisah bagaimana Nabi Ibrahim AS menemukan Tuhan di atas ternyata juga dapat memberikan pelajaran bagi umat Kristen dalam menemukan Tuhan yang benar. Ibrahim lahir dari orang tua pembuat dan penyembah berhala, serta hidup di tengah-tengah kaum yang menjadi penyembah berhala pula. Melihat lingkungan di mana Ibrahim hidup, siapa pun tidak akan menyangka bahwa salah seorang anak penyembah berhala yang ada di sana akan di pilih oleh Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Tidak ada yang berbeda antara Ibrahim dengan anak-anak seusianya, kecuali sikap kritis yang ada pada diri Ibrahim. Dalam pandangan Ibrahim, ayah dan kaumnya telah salah dalam melakukan penyembahan. Berhala yang ayah dan kaumnya sembah, bukanlah sesuatu yang dapat memberi manfaat dan mudarat. Benda mati, lemah dan tak berdaya, bahkan sekedar untuk memenuhi “kebutuhannya” sendiri. Di tambah lagi, berhala yang ayah dan kaumnya sembah adalah berhala yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri. Ibrahim tahu bahwa apa yang di sembah ayah dan kaumnya bukanlah Tuhan yang harus di sembah. Namun, siapakah gerangan Tuhan sesungguhnya yang harus di sembah itu? Ibrahim juga belum tahu. Tidak adanya informasi yang dapat di peroleh Ibrahim, baik ajaran atau pun kitab-kitab para Nabi terdahulu, membuat Ibrahim harus menemukan sendiri Tuhan yang harus di sembah.

Umat Kristen yang cerdas adalah umat Kristen yang mau menggunakan akal sehatnya sebagaimana Ibrahim. Kritis, itulah kunci Ibrahim menemukan Tuhan yang benar. Umat Kristen siapa pun dia, pasti pernah mengalami suatu kegalauan atau keragu-raguan berkenaan tentang sesuatu dalam agama yang harus di imani. Kegalauan atau keragu-raguan tersebut bisa menjadi modal untuk mulai mencari dan mencoba menemukan Tuhan yang benar. Kegalauan atau keragu-raguan akan selalu muncul dalam hati kecil umat Kristen. Itu karena ajaran-ajaran dalam Kristen sendiri yang sangat bertolak belakang dengan akal. Walaupun akal kemudian dapat di paksa untuk meyakini kebenaran ajaran yang tidak mampu dibuktikan kebenarannya oleh akal, akan tetapi hati akan selalu meronta, seolah ada sesuatu yang salah dengan ajaran yang dengan paksa akal harus meyakininya. Ada banyak ajaran Kristen yang kerap membuat hati umat Kristen selalu galau dan ragu-ragu. Cara terbaik dalam mengatasi kegalauan dan keragu-raguan dalam hati, bukanlah dengan cara menutup-nutupinya, tetapi dengan cara mencari sebab mengapa hati merasa galau dan ragu-ragu terhadap ajaran-ajaran Kristen. Sebab kegalauan dan keragu-raguan hati hanya dapat ditemukan dengan bersikap kritis.

Ibrahim sangat yakin bahwa berhala-berhala buatan tersebut bukanlah Tuhan yang harus di sembah. Itu karena, berhala-berhala tersebut tidak membawa manfaat dan mudarat, benda mati, lemah dan tak berdaya, yang di buat oleh tangan-tangan penyembahnya. Sebagaimana Ibrahim, umat Kristen seharusnya juga dapat berpikir kritis, bukan hanya karena gereja menjamin masuk surga, kemudian umat Kristen meninggalkan akal sehatnya. Yesus memang pernah (seolah-olah) membawa manfaat seperti menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan ribuan orang hanya dengan beberapa roti dan ikan goreng atau berbuat seolah-olah membuat mudarat (Matius 21:19). Namun itu semua bukan berasal dari Yesus, tetapi dari Allah. Yesus hanya jadi perantara Allah, Tuhannya Yesus (Kisah Para Rasul 2:22). Yesus bukanlah Tuhan, karena mana mungkin Tuhan dapat mati (Matius 27:50, Markus 15:39, Lukas 23:46, Yohanes 19:33), Yesus juga lemah dan tak berdaya sehingga dengan mudah ditangkap, di hina, di siksa dan dibunuh oleh umatnya sendiri. Seperti berhala yang dibuat oleh tangan para penyembahnya, demikian juga dengan Yesus yang dibuat oleh Tuhan. Yesus makhluk Tuhan yang mengalami proses pembentukan dalam rahim wanita sampai dengan proses kelahiran yang tidak berbeda dengan para penyembahnya. Tumbuh kembang Yesus juga tidak berbeda dengan para penyembahnya, yaitu butuh makan, minum, tidur dan juga harus buang air besar dan kecil. Umat Kristen sangat mungkin menganggap saya hanya melihat Yesus dari sisi manusianya saja, sedangkan Yesus menurut teologi Kristen adalah sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia. Tanggapan saya, dengan alasan apa gereja menyebut Yesus sepenuhnya Tuhan? Bermukjizat!? Tidak, mukjizat yang Yesus lakukan adalah berasal dari Allah, mukjizat itu pekerjaan Allah, Yesus cuma perantara, dan ada banyak Nabi dalam Perjanjian Lama yang bermukjizat, namun tak satu pun yang di anggap sepenuhnya Tuhan karena mukjizat yang mereka lakukan. Ungkapan Yesus sepenuhnya Tuhan merupakan sepenuhnya omong kosong gereja, Anda tidak akan memperoleh bukti apa pun yang dapat mendukung ungkapan tersebut.


Jadi, wahai umat Kristen, pergunakanlah akal sehat Anda , bersikaplah yang kritis, bangunlah, carilah Tuhan yang benar. Bagi Anda yang semenjak kecil sudah biasa dicekoki dengan berbagai dogma gereja yang menyimpang, tentu tidak akan merasa bahwa Anda sekarang ini telah sepenuhnya menanggalkan akal sehat dengan menerima saja segala dogma gereja. Memang apa sih susahnya menggunakan akal sehat? Bukankah dalam menjalani hidup, Anda selalu mengedepankan akal sehat? Sekarang keputusan sepenuhnya tergantung kepada Anda, mau menggunakan akal sehat dalam memandang berbagai dogma gereja atau imani saja. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Belajar Teologi dari Nabi Ibrahim"

Posting Komentar

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik; menjawab atau menyanggah isi postingan. Komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.