Standar Ajaran Yang Salah
Dalam Injil Perjanjian Baru,
Yesus menghimbau murid-muridnya agar selalu waspada dengan Nabi-nabi palsu yang
menyamar seperti domba. Untuk dapat mengenalinya, Yesus berkata agar melihat si
Nabi palsu itu dengan melihat buahnya. Karena menurut Yesus pohon yang baik pasti
akan menghasilkan buah yang baik dan pohon yang tidak baik pasti menghasilkan
buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik menghasilkan buah yang
tidak baik dan tidak mungkin pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang baik.
Perumpamaan Yesus tentang pohon yang baik dan pohon yang tidak baik sepertinya
kurang tepat. Karena dalam kenyataan, pohon yang baik tidak selalu menghasilkan
buah yang baik. Misalnya pohon jambu, sebaik apa pun pohon, dari sekian banyak
buah yang dihasilkannya, pasti di antaranya ada buah-buah yang busuk. Demikian juga
dengan manusia. Walaupun ajaran agama yang di anutnya baik, tetapi perbuatan
atau akhlak manusianya tidak mungkin bisa baik semua, pasti ada sebagian yang
memiliki perbuatan atau akhlak yang tidak baik. Ada pula manusia yang pada
hakikatnya adalah jahat, tetapi demi mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya,
ia menutupi tujuan jahatnya dengan perbuatan-perbuatan baik agar orang lain tidak
menaruh curiga padanya. Menyamar menjadi domba padahal dia adalah serigala yang
buas.
Dalam Injil karangan Matius Yesus
berkata bahwa untuk mengenali Nabi palsu harus dilihat buahnya. Menurut Yesus pohon
yang baik pasti akan menghasilkan buah yang baik dan pohon yang tidak baik
pasti akan menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik
menghasilkan buah yang tidak baik dan tidak mungkin pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang baik. Padahal, pada ayat sebelumnya Yesus telah berkata
bahwa Nabi palsu itu akan datang dengan menyamar seperti domba. Jika Nabi palsu
itu menyamar seperti domba, maka tidak akan ada yang tahu kalau dia itu
sebenarnya serigala yang buas, dia akan memperlihatkan buah-buah yang baik,
sehingga orang-orang tidak akan menaruh curiga. Jadi perumpamaan Yesus tentang
pohon dan buah yang baik dan tidak baik, terkesan menjadi ungkapan yang sia-sia
dan tidak banyak berguna, sebab mana ada orang jahat yang menampakkan niat
jahatnya kepada calon korbannya. Lebih dari itu, perumpamaan Yesus tentang
pohon dan buah yang baik dan tidak baik itu telah dijadikan standar benar atau salahnya
sebuah ajaran agama oleh kafir Kristen pemuja Yesus. Ajaran agama yang mereka
serang dengan perumpamaan ini bukanlah Hindu atau Budha, melainkan agama Islam.
Mereka menonjolkan orang-orang Islam yang kebetulan memiliki akhlak yang
tercela dan menyebut perbuatan tercela tersebut sebagai buah dari pohon agama
yang tidak baik. Sementara untuk membenarkan ajaran agamanya sendiri, kafir Kristen pemuja Yesus menonjolkan
saudara-saudara mereka yang memiliki perilaku baik terhadap sesama. Mereka
menyebut perilaku baik yang ditunjukkan oleh orang-orang Kristen tersebut
adalah buah dari pohon agama yang baik.
Perbuatan seseorang terhadap
sesamanya tidak mungkin dapat dijadikan standar dalam menilai benar atau salah
ajaran sebuah agama. Ini dapat dengan mudah dipahami, karena tidak semua
penganut agama yang dapat menjalankan ajaran agamanya dengan baik. Seandainya
dipaksakan, maka semua agama di dunia ini masuk dalam kategori agama yang
salah, tak terkecuali agama Kristen itu sendiri. Jika yang melakukan kejahatan
dan perbuatan tercela adalah orang biasa dari agama Kristen, mungkin orang lain
masih bisa maklum dan berkata bahwa itu mungkin disebabkan karena yang
bersangkutan belum mengenal kasih yang sebenarnya. Tetapi kejahatan dan
perbuatan tercela tersebut bahkan ternyata juga dapat dilakukan oleh seorang
Paus yang dalam keyakinan Katolik di anggap sebagai wakil Kristus di dunia.
Tidak banyak orang Kristen yang tahu, namun sejarah telah mencatat betapa
bejatnya perbuatan sebagian para wakil Kristus ini sewaktu mereka hidup. Sekali
lagi ini membuktikan kepada kita bahwa perbuatan baik atau buruknya seseorang
tidak dapat dijadikan standar benar atau salahnya ajaran sebuah agama. Jika
telah terbukti benar dan salahnya sebuah ajaran agama tidak dapat dilihat dari
perbuatan manusianya, lalu bagaimana dengan perumpamaan Yesus tentang pohon dan
buah yang baik dan tidak baik di atas. Injil di percaya sebagai firman Tuhan.
Di tulis oleh orang-orang yang di percaya sebagai murid-murid Yesus. Jika Injil
adalah firman Tuhan, maka isinya harus mutlak benar sampai dengan bagian yang
terkecil. Kesalahan sekecil apa pun dalam Injil tidak dapat di terima. Perumpamaan
Yesus dalam Matius 7:16 tentang pohon dan buah yang baik dan tidak baik
ternyata menimbulkan persoalan yang cukup serius. Yesus yang berkeinginan memperingatkan
murid-muridnya akan datangnya nabi-nabi palsu setelah dirinya, ternyata tidak
mampu dengan tepat menggambarkan ciri atau tanda dari nabi palsu yang dimaksud.
Menjadikan perumpamaan Yesus
tentang pohon dan buah yang baik dan tidak baik sebagai standar benar dan
salahnya ajaran agama, justru berpotensi terabaikannya ajaran agama yang
benar-benar berasal dari Tuhan dan diterimanya ajaran agama yang berasal dari
seorang penyesat. Hal ini sudah pernah terjadi di kehidupan kekristenan dua ribu
tahun yang lalu. Ketika seorang penganiaya pengikut Yesus mengaku bertaubat,
dia diterima dengan baik. Banyak orang Kristen dan tak terkecuali murid-murid
Yesus yang menaruh curiga akan motivasi tersembunyi yang mungkin ada. Karena dia
memperlihatkan buah-buah yang baik di hadapan mereka, terlihat kehidupannya
penuh dengan kesucian dan bahkan bermukjizat. Padahal dia datang tidak lain untuk
menyesatkan pengikut-pengikut Yesus yang setia dengan ajaran-ajarannya. Menggeser
penyembahan orang-orang Kristen kepada Allah yang benar, menjadi pemujaan kepada
makhluk-Nya yang fana. Rencana penyesatan ini berhasil dengan sangat gemilang. Banyak
pengikut Yesus yang kemudian tersesat dan hanya sebagian kecil saja dari mereka
yang selamat. Bukan hanya dari golongan awam saja yang tersesat, namun juga
orang-orang yang termasuk pilihan dan murid-murid Yesus sendiri.
Semua agama mengajarkan untuk berbuat
baik terhadap sesamanya, tetapi tidak semua dari agama-agama tersebut yang
benar. Manusia beragama bukan supaya dapat berbuat baik kepada sesamanya, sebab
manusia sudah dapat berbuat baik meskipun dia tidak beragama. Manusia beragama
adalah untuk dapat dibenarkan kehidupannya oleh Tuhan, bukan hanya agar di
anggap baik oleh manusia lainnya. Untuk dapat dibenarkan kehidupannya oleh
Tuhan, kita harus hidup menurut kemauan Tuhan melalui hukum-hukumnya. Semua agama
mungkin mengajarkan kebaikan, tetapi tidak semua agama mengajarkan kebenaran. Islam
menjadi agama satu-satunya yang mengajarkan kebenaran, karena dalam Islam, anda
tidak dituntut hanya untuk berbuat baik kepada sesama, tetapi juga dituntut
untuk berbuat baik kepada Tuhan, yaitu dengan cara memurnikan niat dan tujuan
ibadah hanya kepada Allah semata.
Waduh, agak keras juga nih boss tulisannya.
BalasHapusMempelajari agama sendiri lbh berguna drpd ngomongin agama arg yg bg sy, maaf nggak nalar babar blass tuhannya dan kitab agamanya bikin pusing, bahasanya sulit dipahami walaupun berbahasa indonesia dan mana sih bahasa aslinya kok tdk ada seperti Al Qur'an (lengkap dg bhs aslinya). Kalau ada yg bisa bantu atau memilikinya, tolong dong sy ditunjukin dan apa ada yg jual?
BalasHapusSetuju banget dgn artikel ini... poinnya kita ga bs menggeneralisir sesuatu. Perumpaan yesus ini sangat sangat tidak tepat. Kaum kafir pemuja yesus selalu menggunakan ini utk menyerang islam, tetapi mereka keberatan menggunakan ayat ini utk menyerang keyakinan mereka sendiri thd oknum kristen yg bejat. Mereka menggunakan standar ganda dalam menilai seseorang. Dasar domba dimana mana sama saja.
BalasHapus